Rabu, 21 Desember 2011

23.41 - No comments

MEMIMPIN SIDANG

Memimpin sidang dapat dianalogikan seperti seorang supir yang dipercaya memegang kemudi dengan membawa penumpang yang belum dapat dipastikan mempunyai kemauan dan tujuan yang sama. Seperti itulah kondisi suatu persidangan, arah pemikiran dan kemauan setiap anggota sidang tidak dapat ditebak, karena setiap kepala pasti berbeda isi.
Menghadapi anggota sidang yang tidak jauh berbeda kemauan dan pendapatnya, pemimpin sidang tidak akan benyak menjumpai banyak ksulitan, asalkan ia dapat membaca isi hati dan aspirasi para peserta sidang, serta dapat merangkum perumusan-perumusan yang tepat. Namun, jika berhadapan dengan anggota-anggota yang berlainan keinginan dan kepentingan, pemipin sidang harus dapat bertindak bijaksana, dapat mengambil langkah-langkah sistematis, terarah, dan dengan cara yang cukup memikat dan praktis sehingga putusan sidang dapat diterima oleh semua pihak.
Berhasil tidaknya seseorang memimpin sidang bukan hanya bergantung pada nasib semata-mata, tetapi dapat dipelajari karena kemampuan memimpin sidang merupakan keterampilan tersendiri.
Pemimpin sidang adalah seseorang yang secara formal diserahi tugas untuk mengatur, mengarahkan, membimbing, serta menjaga kelancaran jalannya persidangan; ia adalah penanggungjawab utama berhasil tidaknya persidangan tersebut. Tugas pokok pemimpin sidang yaitu :
1. Menjaga kelancaran jalannya sidang.
2. Mengarahkan jalannya persidangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Menampung dan menyalurkan kemauan dan pendapat peserta sidang.
4. Membuat kesimpulan-kesimpulan sementara ataupun resume hasil pembicaraan dan membuat perumusan-perumusan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Langkah-langkah dan cara memimpin sidang, diantaranya :
Tahap Persiapan
Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang memipin sidang ialah sejauh mana ia mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan tatkala menjalankan tugasnya memimpin sidang; yang dimaksud dengan persiapan dalam hal ini meliputi :
1. Persiapan pribadi, antara lain
a. Menyiapkan bahan-bahan untuk mengantarkan pembicaraan (pengarahan).
b. Mempunyai gambaran yang jelas mengenai sasaran atau output yang akan dicapai dalam sidang.
c. Siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan perbedaan pendapat dan alternatif-alternatif pemecahannya.
2. Persiapan menghadapai audience
Seorang pemimpin sidang harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan peserta sidang. Sehubungan dengan itu, sangat perlu seorang pemimpin sidang untuk mengenal pribadi-pribadi peserta sidang sebelum dimulainya persidangan. Dan akan lebih baik lagi jika dapat diciptakan hubungan yang relaks dan akrab sebelum dumulainya persidangan.

Tahap Pelaksanaan
Beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan oleh pemimpin sidang demi terjaminnya keberhasilan pelaksanaan persidangan, yaitu :
1. Perlu memperhatikan tata cara sopan santun protokoler yang berlaku di daerah tempat berlangsungnya persidangan.
2. Pengantar kata (pengarahan) yang jika diperlukan, hendaknya disampaikan secara singkat namun jelas.
3. Perlu diciptakan sikap objektif dan terbuka diantara sesama peserta sidang agar dapat saling menghargai pendapat orang lain.
4. Harus dapat meredakan ketegangan-ketegangan yang mungkin timbul dengan cara-cara yang persuasif, serta dapat diterima oleh semua pihak.
5. Harus dapat memberikan dorongan ketika berhadapan dengan peserta yang kurang aktif, sehingga kesegenan berbicara berubah menjadi kesediaaan mengeluarkan pendapat.
6. Jangan menganggap setiap perbedaan pendapat sebagai pertentangan, karena dengan beragamnya pendapat tersebut justru akan memperkaya perbendaharaan kemungkinan putusan yang bagus.
7. Perlu memiliki kemampuan merangkum pendapat-pendapat yang berkembang dalam suatu pertemuan, sehingga hasil sidang betul-betul dapat mencerminkan aspirasi yang berkembang di antara para peserta.
8. Jika terdapat perbedaan pendapat yang sulit untuk disatukan, maka langkah-langkah di bawah ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu :
a. Sebaiknya diadakan break untuk beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk melepaskan ketegangan dan mengadakan pertemuan pendapat secara informal melalui obrolan ringan. Banyak sekali masalah-maslaha yang dipandang berat dapat diselesaikan dalam suasana yang relaks dan pembicaraan yang akrab.
b. Andaikata berbagai usaha telah ditempuh dan perbedaan pendapat tetap tak terhindarkan, maka alternatif-alternatif pendapat tersebut sebaiknya dapat diinvetarisasikan semuanya. Biasnya perbedaan pendapat timbul karena perbedaan latar belakang pengalaman serta kondisi dan situasi para peserta.
9. Membuat rangkuman (resume) dan merumuskan suatu kesimpulan sidang yang jika tidak dapat dilakukan oleh sendiri, dapat dibantu oeh beberapa orang yang dianggap sanggup merumuskan hasil sidang karena menguasai persoalan serta mengetahui aspirasi-aspirasi yang berkembang dalam persidangan. Orang-orang tersebut bisa disebut Teman Perumus.
10. Jangan segan-segan untuk meminta maaf kepada para peserta atas hal-hal yang kurang berkenan di hati peserta. Bagaimanapun ahlinya seorang pemimpin sidang, pastilah tidak akan luput dari kesalahan. Sebagus apapun perumusan hasil sidang, tetap tidak akan mencapai suatu kesempurnaan. Seperti pepatah mengatakan, “tiada gading yang tak retak”.

Memimpin sidang juga ibarat memimpin suatu permaian, yang menuntut kemampuan untuk mengenali sifat dan sikap para pemain yang dipimpinnya. Suatu cara untuk mengetahui sikap sesorang telah banyak dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi sosial. Salah satu diantaranya yaitu Bares yang dalam mengamati sikap dan tingkah laku seseorang, membuat klasifikasi atas sikap-sikap dalam kelompok, yaitu :
1. Daerah emosi negatif; menunjukkan sikap tidak senang atau menolak atau permusuhan. Hal ini diwujudkan dalam tindakan-tindakan berupa tidak menghargai pendapat, menentang pendapat, tidak mau memperhatikan pembicaraan, dll.
2. Daerah netral tetapi masih cenderung negatif; menunjukkan sikap kurang dapat menerima meskipun tidak berterus terang. Hal ini ditandai dengan tindakan-tindakan berupa mengajukan pertanyaan yang sifatnya meragukan kebenaran pendapat dari pembicaraan, meminta penjelasan atau pertanggungjawaban atas suatu pendapat, meminta penjelasan kembali tentang suatu masalah yang sudah djelaskan dengan menunjukkan ketidakpuasan atas penjelasan tersebut, dsb.
3. Daerah netral tetapi cenderuing positif; menunjukkan sikap mau dan dapat menerima meskipun belum sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan tindakan berupa memberiukan saran-saran, menambah keterangan pembicara, memberikan bahan-bahan pelengkap atas suatu uraian, dll.
4. Daerah emosi positif; menunjukkan kecenderungan untuk mendukung dan menyetujui pendapat atau sikap bersahabat. Hal ini dilakukan dengan tindakan berupa menampilkan persetujuan melalui anggukan kepala, selalu membantu apabila pembicaraan menemui kesulitan, membela pembicara ketika dalam keadaan diserang orang lain, dsb.
Secara formal, pemimpin sidang bertanggungjawab penuh atas kelancarana jalannya persiadangan. Namun hal ini tidak berarati bahwa ia merupakan single fighter dalam persidangan tersebut. Pemimpin sidang harus dapat menciptakan situasi persidangan yang demokrtais, di mana semua peserta mendapat kebebasan berbicara dan mempunyai hak yang sama (“duduk sama rendah berdiri sama tinggi”). Lebih lanjut, suasana demokratis tersebut dikembangkan untuk menimbulkan rasa tanggung jawab bersama untuk ikut menyukseskan jalannya persidangan karena persidangan bukan hanya milik pimpinan sidang. Maka di samping diberikan kebebasan berbicara dan berpendapat, pada setiap anggota juga harus ditanamkan kewajiban untuk ikut memelihara suasana yang sebaik-baiknya guna mencapai hasil yang diinginkan bersama.

23.26 - No comments

TEKNIK PERSIDANGAN

Latar belakang Sebuah Persidangan
Setiap permusyawaratan dalam sebuah organisasi formal pasti membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini dilakukan secara fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada akhirnya akan lahir dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan.
Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal sebuah organisasi guna membahas masalah tertentu dalam upaya untuk menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan bersama. Keputusan dari persidangan ini akan mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini sifatnya final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir ataupun tidak hadir ketika persidangan berlangsung.
Jenis Persidangan
• Sidang Pleno
o Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
o Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
o Sidang Pleno biasanya dipandu oleh Steering Committee
o Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Permusyawaratan

• Sidang Paripurna
o Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
o Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
o Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan Permusyawaratan

• Sidang Komisi
o Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
o Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang Pleno
o Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
o Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
o Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang bersangkutan
Komponen –Komponen Yang Harus Ada Dalam Persidangan
- Pimpinan Sidang adalah orang yang dipilih oleh peserta sidang untuk memimpin dan mengatur jalannya sidang. Jika pimpinan sidang lebih dari satu orang, maka istilah yang dipakai adalah Presidium Sidang.
- Syarat-syarat Presidium Sidang:
o Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
o Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
o Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
o Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidanga
Sikap Presidium Sidang :
o Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
o Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
o Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta
- Peserta Sidang adalah seluruh orang yang secara sah menjadi peserta persidangan berdasarkan aturan atau tata tertib yang berlaku. Peserta sidang terdiri dari dua macam, yaitu peserta penuh dan peserta peninjau. Peserta penuh adalah peserta yang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara.
- Palu Sidang adalah palu yang dipakai dalam persidangan untuk “mengetuk” setiap keputusan dan ketetapan yang telah disepakati
- Draf Materi Sidang merupakan kumpulan materi yang akan dibahas dalam persidangan (agenda).
- Ketetapan atau Konsideran merupakan bukti secara tertulis dari berbagai ketetapan yang telah dihasilkan
Aturan Umum Sebuah Persidangan
• Peserta
o Peserta Penuh
 Hak peserta penuh :
 Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
 Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
 Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
 Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
 Kewajiban peserta penuh :
 Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
 Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
o Peserta Peninjau
 Hak Peninjau :
 Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapatdan mengajukan usulan kepada pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
 Kewajiban Peninjau:
 Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
 Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
• Presidium Sidang
o Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah
o Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti aturan yang disepakati peserta
o Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan
Aturan Ketukan Palu dan kondisi-kondisi lain :
Teknik Penggunaan Palu Sidang
a. Ketukan 3 X dipakai untuk :
Membuka sidang
Menutup sidang
Menetapkan suatu ketetapan atau konsideran /mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.
b. Ketukan 2 X dipakai untuk :
Menetapakan break (skorsing, pending atau lobiying), jika menggunakan perkalian dua. Biasanya untuk waktu yang lama seperti istirahat, lobying, sembahyang,makan. Contoh break 2 x 5 menit.
c. Ketukan 1 X dipakai untuk :
Memindahkan palu sidang
Menerima palu sidang
Keputusan tiap point
Menetapkan break, jika menggunakan perkalian satu. Biasanya untuk waktu yang tidak lama dan tidak menuntut peserta siding untuk meninggalkan tempat persidangan. Contoh break 1 X 5 menit.
Peninjauan Kembali (PK) atau mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
d. Ketukan tak beraturan,
Dipakai untuk memperingatkan peserta sidang jika peserta sedang gaduh atau ramai.

Sebenarnya tidak ada ketentan baku mengenai ketukan palu sidiang, data diatas adalah ketentuan yang paling banyak digunakan dalam organisasi. Di beberapa organisasi menggunakan satu ketukan untuk membuka sidang dan dua kali untuk dan memindahkan palu sidang.

Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang
Membuka sidang
“Dengan memanjatkan puji syukur ke Hadirat Tuhan yang Mahaesa, sidang saya nyatakan dibuka. ” tok…….tok…….tok
Menutup sidang
“Dengan mengucapkan memanjatkan puji syukur ke Hadirat Tuhan yang Mahaesa sidang saya nyatakan ditutup.” Tok……..tok……..tok
Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan kepada pimpinan sidang berikutnya” tok.
Mengambil alih pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih ” tok
Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan” tok…….tok.
Memberi peringatan kepada peserta sidang
Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”
Syarat-syarat Presidium Sidang :
• Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
• Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
• Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
• Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
• Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
• Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
• Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta
Quorum dan Pengambilan Keputusan
• Persidangan dinyatakan sah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari peserta yang terdaftar pada Panitia (bisa juga ditentukan melalui konsensus)
• Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil diambil melalui suara terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan
• Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka dilakukan lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang
Interupsi
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
• Macam macam interupsi antara lain.
 Interupsi point of Previlage, merupakan interupsi yang digunakan jika peserta sidang ingin minta ijin kepada pimpinan sidang untuk melakukan hal –hal yang sifatnya pribadi. Misalnya ijin keluar.
 Interupsi point of Information, bentuk interupsi yang digunakan jika peserta sidang ingin menyampaikan informasi yang perlu diperhatikan oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (misalnya informasi atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal (misalnya situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
 Interupsi point of Order, bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan masukan atau perintah kepada pimpinan siding dan atau peserta sidang yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Misalnya saat pembicaraan sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan semakin bias.
 Interupsi point of Justification, merupakan interupsi yang digunakan untuk menguatkan pendapat sebelumnya.
 Interupsi point of Clarification, bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi atau pelurusan terhadap suatu pendapat pernyataan atau informasi peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan.
 Interupsi point of Solution, merupakan interupsi yang digunakan jika peserta sidang ingin menyampaikan atau menawarkan suatu solusi.
 Interruption of explanation, bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.
 Interruption of personal, bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara pribadi.

• Pelaksanaan Interupsi :
Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah mendapat ijin dari Presidium Sidang
Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan.
Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang
Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta siding yang lain. Biasanya, mekanisme dalam pemberian sanksi didahului oleh peringatan kepada peserta (biasanya sampai 3 kali), kemudian dengan kesepakatan bersama, presidium sidang boleh mengeluarkan peserta tersebut dari forum, atau mengambil kebijakan lain dengan atau tanpa kesepakatan peserta sidang yang lain.

Senin, 12 Desember 2011

21.38 - No comments

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
• Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
• Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
• Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
• Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Selasa, 06 Desember 2011

21.44 - 1 comment

HARAPAN BARU BAGI BANGSA INDONESIA

Cukup lama sudah bangsa ini sepi dari teladan. Mencari pemimpin yang rela berkorban dan ikhlas memperjuangkan kepentingan rakyat, betul-betul seperti mencari jarum di antara jerami. Hingga kini, ruang publik lebih banyak diisi dengan pertarungan memperebutkan kepentingan pragmatis oleh elite yang haus kekuasaan dan materi. Karena itu, kerakusan demi kerakusan pun dipertontonkan secara amat telanjang.

Apa yang salah dengan negeri yang oleh para founding fathers disebut negeri religious ini? Bukankah berbagai agama yang dianut oleh penduduk di Republik ini telah banyak memberikan pelajaran berharga untuk diikuti?

Lembaga pendidikn yang menjadi pilar utama dalam membentuk masyarakat madani Indonesia pun kelihatan kehilangan tajinya. Setiap tahun ribuan serjana ditelorkan dari berbagai perguruan tinggi di negeri ini, tapi ribuan kaum intelek itu pun tidak pernah membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan ekonomi, harga diri bangsa di mata dunia, bahkan yang paling para adalah degradasi moral dan ketidak percayaan rakyat banyak terhadap pemimpin bangsa ini. Padahal, sejatinya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasakan kehidupan bangsa. Sehingga peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berilmu, berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menjadi warga Negara yang demokratis.

Sayang seribu sayang, fungsi dan tujuan luhur pendidikan tersebut sekarang dikacaukan oleh prioritas melayani persaingan global ketimbang memeliharanya. Bahkan, praktik lembaga pendidikan formal yang seyogianya menjadi wahana transformasi dan konservasi nilai-nilai budaya pun kini telah tersandera oleh kepentingan industry kaum pemodal. Ditambah lagi proses perubahan kurikulum yang erjadi di bangsa ini seolah-olah hanya menjadi bagian permainan politik penguasa dan siapa pemimpin bangsa ini, lain pemimpin lain juga kurikulum pendidikannya.

Globalisasi memang telah menjadi ideologi dunia yang tidak bisa dihindari. Hampir tidak ada negara yang berani mengambil pilihan untuk menutup diri. Suka atau tidak suka, semua negara pada akhirnya membuka diri terhadap arus besar globalisasi. Kita memang seakan tidak punya ruang gerak lebih dalam hal ini, tapi pemurnian kembali arah pendidikan nasional menjadi hal yang mutlak dilakukan dan tidak bias ditawar lagi untuk setidaknya menangkal arus gerak globalisasi ini.

Sekarang, hebohnya pendidikan karakter menumbuhkan kembali sedikit sinar harapan baru lagi bagi masyarakat Indonesia untuk kemajuan bangsai ini. pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggupkah kita??

Sabtu, 27 Agustus 2011

23.53 - No comments

MASAMPER

Sejarah masamper tidak lepasa dari upaya Zending, dalam hal memperkenalkan lagu-lagu yang digunakan dalam ibadah jemaat. Namun, sebelum injil masuk ke kepulauan sangihe talaud, masamper ini sudah ada dan dikenala dengan nama tunjuke. Tunjuke terdiri dari tiga macam yaitu: sasambo, mekarumpang dan kakumbaede. Menyanyi (bahas sangir : megantare) secara bersama dalam bentuk berkelompok merupakan kegemaran orang sangihe. Misalnya ketika melakukan pelayaran panjang sambil berdayung, orang-orang sangihe pun bernyanyi sampai sampai tiba di tempat tujuan.
Pada abad ke-15 yaitu ± tahun 1565 para Zending datang untuk memberitakan injil dan didalamnya pula memperkenalkan nyanyian-nyanyian rohani yang biasa digunakan dalam ibadah. Pada waktu itu orang-orang sangihe memang sudah gemar menyanyi, walaupun belum mengenal solmisasi.
Bernyanyi secara kelompok ini, oleh para zending disebut zangvereniging (bahasa belanda), yang berarti kelompok menanyi. Oleh karena sebutan ini adalah bahasa asing maka, oleh orang-orang sangihe terlafalkan berdasarkan dialek bahasa sangihe samper. Bila kegemaran bernyanyi bersama ini dilakukan, maka oleh orang-orang sangihe disebut masamper dan dalam perkembangan selanjutnya masamper juga disebut pato pato. Sebutan ini terkait dengan sebuah judul lagu masamper. Pato dalam bahasa sangir berarrti perahu atau bahtera. Lagu pato-pato ini ketika dinyanyikan bisa membuat orang menyanyi atau orang yang mendengarkan terangsang untuk berdiri dan menggerakan tubuh sambil bernyanyi mengikuti irama lagu.

Nilai-nilai yang terkandung dalam masamper
Masamper sarat dengan ungkapan hati nurani selain memiliki nilai religius dan nilai moral, masamper mengjak dan mengajari tata cara pergaulan hidup masyarakat sangihe dan pengajaran itu dirangkaikan dalam syair lagu yang kemudian dinyatakan nyaian baik dalam acara sukaxita maupun dukacita
Masamper meiliki nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan setiap pribadi pelaku atau peminat kesenian masamper. Nilai-nilai itu adalh:
• Nilai kebenaran
Dikatkan nilai kebenaran karena masamper dapat diterima secara akal sehat manusia sehingga keasliannya tidak tergoyakan
• Nilai keindahan
Nilai keindahan itu bersumber pada perasaan manusia. Budaya masamper merupakan ekspresi dari jiwa masyarakat yang melukiskan tentang perenungan, pengalaman tentang keindahan serta diungkapkan pula kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam masyarakat yang penuh kekeluargaan. Semua itu diungkapkan lewat nyanyian bersama dengan alunan vokal dan gaya bahasa indah serta diperindah lagi dengan ciri khasnya berbalas balasan sehingga asik dipandang, didengar, mapundirasakn
• Nilai moral
Nilai ini juga disebut kebaikan. Dalam hal ini, ketepatan dalam mebalasa lagu merupakan unsur yang paling utama, yaitu setiap nyanyian yang dinyanyikan tidak dinyanyikan sembarangan, melainkan setiap tema lagu dan makna lagu yang dinyanyikan lebih dahulu menjadi patokan untuk nyanyian berikutnya. Oleh karena itu, dalam masamper sangat diperlukan kemampuan mengiterpretasikan lagu yang dinyanyikan, sekaligus menyiapkan lagu agar balasannya tepat sesuai tema dan makna lagu.
• Nilai religius
Yang dimaksudkan di sini adalah nilai kerohanian. Hal ini dilakukan oleh manusia kepada Tuhan sehingga, semua mhluk yang bernafas menyembahnya. selain memiliki nlai kesenian masmper juga mengandung unsur-unsur dan makna tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud itu adalah musik atau vokal sebagai alat pengngkapan dan unsur gerak sebagai penunjang dalam pengungkapan pesan atau makna lagu ang dinyanyikan. Sementara itu unsur mebawalase dan unsur ketepatan dalam membalas lagu sebagai suatu proses dialog dan merupakan ciri khas masamper. Hal-hal inilah juga menentukan kelanjutan dari masmper. (bersambung)

Kamis, 19 Mei 2011

09.26 - 2 comments

KLIKITONG SIAU

Klikitong adalah alat musik tradisonal siau yang pada dasarnya merupakan musik kelompok karena memiliki dua alat musik yang digabungkan sehingga membentuk suatu perpaduan alat musik yang dinamakan dengan music Klikitong. Nama Klikitong diambil dari bunyi music tersebut yang dilapalkan(tong….kliki…tong….kliki….tong..tong)Musik ini terbentuk karena adanya inisiatif dari masyarakat Siau yang keseluruhannya berstatus sebagai petani agar mereka termotifasi untuk lebih bersemangat lagi dalam bekerja. Musik klikitong adalah musik taradisional Siau yang keberadaannya masih ada di Desa Dame Kec. Siau Timur.
Alat musik ini merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul, jika dilihat dari cara membunyikannya, dan jika dilihat dari sumber bunyinya kedua alat musik ini adalah alat musik Idiophone (Talempong) dan Membranophone (Tagonggong)
Alat musik pukul menghasilkan suara/bunyi sewaktu dipukul atau ditabuh. Alat musik pukul dibagi menjadi dua yakni bernada dan tidak bernada. Bentuk dan bahan bagian-bagian instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan menentukan suara yang dihasilkan instrumen. Contohnya adalah kolintang (bernada), drum (tak bernada), dan lain-lain. Alat musik yang ada pada klikitong yaitu Tagonggong dan Talempong.
Tagonggong
Tagonggong merupakan alat musik pukul yang berbentuk seperti silinder besar, terbuat dari sepotong batang kayu besar yang berukuran panjang kira-kira 1 meter lebih dan berdiameter kira-kira 50-60cm, Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk silinder besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang,(kulit kambing) yang berfungsi sebagai membran atau selaput. Bila dipukul, tagonggong menimbulkan suara berat, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. bagian belakangnya memiliki lubang kecil yang tidak di tutup, bagian depan yang terdapat membrane merupakan bagian yang akan dipukul atau bagian yang menghasilkan getar ( Bunyi ), alat ini memiliki sepasang pemukul yang terbuat dari rotan yang diraut menjadi tipis dan panjangnya berukuran ±30-40cm. karena memiliki membrane sebagai sumber bunyi maka alat musik ini termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul yang tergolong dalam alat musik Membranofon. Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. contoh : tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana dan lain-lain.
Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik pukul khas Siau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong terbuat dari tembaga yang ditempah, . Saat ini talempong dari jenis tembaga lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong Siau memiliki perbedaan dengan Talempong yang ada ditempat lain seperti di Minangkabau, Talempong yang ada di Minangkabau memiliki sepasang pemukul sedangkan Talempong Siau memiliki satu pemukul. Bunyi dihasilkan yaitu dari kayu yang dipukulkan pada permukaan Talempong, atau berasal dari badan alat musik itu sendiri, sehingga termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul yang tergolong dalam alat musik Idiofon. Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri dan bahan dasarnya. Contoh: kolintang, angklung dan lain-lain.

Klikitong merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak beberapa tahun lalu, Klikitong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti, Tari Pelonihaka yang juga merupakan tarian khas Siau. klikitong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa
Fungsi Klikitong,
1.Sarana Keagamaan (Komunikasi Spiritual)
Musik Klikitong dikatakan sebagai sarana keagamaan karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana musik Tangonggong, dipentaskan dalam upacara-upacara adat yang selalu dihubungkan dengan manusia dan Tuhannya.
2.Sarana komunikasi Sosial
Dikatakan sebagai sarana komunikasi sosial karena dalam pementasannya melibatkan banyak pendukung yang terdiri dari pemain alat musik sampai pada penarinya. Dalam persiapan dan sesudah pementasan semua orang yang terlibat saat itu dapat bertukar informasi baik pemain dengan pemain, pemain dan penari, bahkan dengan semua penonton yang hadir saat itu.
3.Sarana hiburan
Pementasan-pementasan Musik Klikitong yang dapat menarik perhatian warga secara menyeluruh, sebab pelalui pementasan tersebut kebutuhan terhadap seni dapat terpenuhi, dan lewat acara-acara tersebut para penduduk (Siau) sangat terhibur.


tagonggong yang sedang dimainkan


talempong yang sedang dimainkan



Senin, 02 Mei 2011

20.42 - No comments

Refleksi ulang tahun ke 3 AKM SITARO (3 mei 2011) dan nasib pendidikan di INDONESIA (2 Mei 2011)

Tiga tahun memang kedengaranya masih terlalu dini untuk AKM berbicara banyak mengenai kehidupan bangsa dan Negara. Ibarat bayi AKM SITARO masih dalam tahap belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, berjalan dengan linca, belajar berbicara dengn jelas dan teratur. Mahasiswa Sitaro yang tergabung dalam organisasi ini menampik semua prasangka ini, mereka membuktikan bahwa mereka bukanlah mahasiswa yang kelihatanya sekedar mahasiswa biasa yang hanya datang kuliah terus balik ke kos masing-masing tanpa memiliki kepekaan atau memikirkan keadaan sosial bangsa dan Negara. Mereka belajar memahami realita kehidupan di tanah yang mereka cintai dan belajar untuk menjadi aset masa depan Bangsa yang tak ternilai harganya, mereka adalah calon pemimpin masa depan bangsa dengan ribuan konsep terbaik yang telah mereka siapkan untuk membangun negeri yang mereka cintai agar lebih baik dari hari ini.
Melihat track record AKM SITARO, organisasi ini sudah matang dalam beroganisasi. Sikap kepedulianya terhadap masyarakat tidak bisa di pugkiri lagi. Pemikiran kritis mereka dalam menanggapi kesenjangan sosial dan kekeliruan dalam kepemimpinan mulai dari pusat hingga pelosok pedesaan. Membaca arus gerak strategi geo-politik, ekonomi, pendidikan, pertahanan keamanan dll secara global menjadi hal yang mendasar bagi mereka sehingga bisa berbicara banyak mengena bangsa dan Negara ini.
AKM Sitaro ini pada awalnya direncanakan akan di deklarasikan pada 2 Mei agar bersamaan dengan hari pendidikan nasional dan jika memperingatinya pasti akan lebih heboh dan meriah. Tapi bagaiman kalau seandainya deklarasi AKM itu memang terlaksana sesuai rencana awal (tnggal 2 Mei)? Bagaimana perayaannya?
AKM SITARO mengalami peningkatan yang luar biasa karena saat ini sedang mempersiapkan Musyawarah Cabang Manado. Hal ini mengindikasikan bahwa AKM SITARO telah menyebar ke seluruh penjuru negeri mulai dari hanya konsep pemikirannya hingga secara organisatorisnya. Kedewasaan mahasiswa Sitaro dalam menanggapi permasalahan pun sudah tidak diragukan lagi. Hal ini bertolak belakang dengan keadaan pendidikan di Indonesia.
Mari kita lihat keadaan pendidikan saat ini.
2 Mei 2011 bertepatan dengan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional. Hampir di setiap sekolah dan universitas diadakan upacara upacara bendera untuk memperingati hari penting ini. Tapi sayangnya peringatan ini tidak mencerminkan pendidikan di Indonesia yang kian maju dan berkualitas, namun justru cenderung berjalan di tempat bahkan mengalami kemerosotan.
Ironi memang, apabila kita mengingat bangsa Indonesia yang setelah 66 tahun merdeka namun belum mampu menghadirkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini terlihat dari moral generasi mudanya yang semakin hari semakin mengalami kemerosotan. Peran lembaga pendidikan membentuk generasi yang bermoral dan memiliki paradigma ke depan sangatlah kurang. Angka putus sekolah dan pengangguran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang diamanatkan dalam Rancangan Undang-Undang Pendidikan, dimana pendidikan diharapkan tidak hanya mengedepankan proses transfer ilmu saja tetapi juga dengan pembentukan moral para generasi penerus bangsa ini.
Raden Mas Soewardi Suryaningrat, atau yang biasa kita kenal dengan Ki Hadjar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia merupakan Bapak Pendidikan Nasional Bangsa Indonesia dan seorang pendiri Nationaal Onderwijs Intituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa). Karena buah pemikirannya, bangsa ini memiliki warisan pemikiran dasar pendidikan untuk memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status sosial, dan sebagainya. Tidak salah, jika tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara ini kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Namun berbagai masalah masih menghantui dunia pendidikan kita di Hardiknas kali ini, mulai dari lembaga persekolahan yang menjadi tumpuan untuk mendidik individu-individu berkualitas dinilai masih tertinggal dalam menjawab tantangan zaman. Kontroversi pemberlakuan ujian nasional yang tiada henti, berbagai tindak kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya. Sampai sinetron sinetron televisi Indonesia yang dengan baik mendidik para siswa SMA sampai SD tentang hasrat cinta lawan jenis dan menjadikan pelajaran sekolah menjadi pekerjaaan sampingan, selain itulah lahirlah komunitas kosmopolitan dan hedonis macam dance street clubs, dugem club, anak nongkrong, yang padat oleh aktivitas seni namun jauh dari usaha memperbaiki bangsa. Komunitas yang lahir dengan parameter moralnya sendiri. Generasi yang kebudayaannya dijajah kebudayaan bangsa lain. Generasi yang tercerabut dari akar budayanya. Memposisikan agama dan moral sebagai sesuatu yang teralienasi. Pertarungan kebudayaan yang bukan kitalah pemenangnya. Pendidikan kita pun ternyata bukan lagi menjadi tameng pelindung. Padahal, perubahan global yang pesat menuntut sumber daya manusia cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, serta peduli terhadap persoalan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan yang sejatinya diyakini sebagai salah satu jalan dan prioritas terpenting untuk memajukan warga negara Indonesia. Akan tetapi, realitas yang ada, tiap kali membicarakan pendidikan di negara yang sudah 66 tahun merdeka ini, ada rasa gamang yang mengganggu optimisme untuk keluar dari belitan masalah sumber daya manusia yang bermutu.
Desakan supaya bangsa ini kembali kepada ”roh” pendidikan seperti yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara dalam tri pusat pendidikan, yaitu pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat, paradigma yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita, menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan dan telah di copy paste oleh Malaysia dan Singapura. Namun realitanya, pendidikan kita dirasakan belum keluar dari paradigma lama yang menempatkan siswa sebagai obyek pendidikan.
Lalu bagaimana nasib pendidikan bangsa Indonesia ke depan apabila keadaan masih seperti ini? Jangan hanya berpangku tangan, saatnya untuk kita generasi muda yang mengubah keadaan ini. Teriakkan perlawanan terhadap kebodohan, untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

AKM SITARO, melalui divisi-divisi yang ada, didiklah generasi masa depan bangsa ini agar SITARO, Sulawesi Utara, Indonesia tidak dipandang remeh oleh Negara lain, agar bangsa dan Negara ini memiliki jatihdiri yang jelas, agar bangsa ini sedikitnya bermartabat dan punya harga diri di mata internasional…..

Kamis, 28 April 2011

18.18 - No comments

KEPEMIMPINAN

HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
•Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
•Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
•Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
•Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
•Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
•Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi anggota. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi bawahan sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentralisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi, tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik. fiedler telah mengembakan suatu model pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, yakni model kepemimpinan kontigennis. model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja. dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anggota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya. perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasilitasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
Peran Figurehead  Sebagai simbol dari organisasi
Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
Liaison  Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
Monitior  Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
Disseminator  Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
Spokeman  Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
Enterpreneur  Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
Disturbance Handler  Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
Resources Allocator  Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
Negotiator  Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
Alighting  Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
Aligning  Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
Allowing  Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Mengubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

Sabtu, 29 Januari 2011

18.25 - No comments

TOADE (MALAHINSE)



gambar 1. pulau Toade Malahinse gambarnya diambil dari burake
gambar 2. Toade Malahinse dari atas Balirangen

18.04 - No comments

PEJABAT YANG PERNAH MEMERINTAH DI KECAMATAN SIAU TIMUR

NAMA PEJABAT JABATAN TAHUN
1. J.C.PONTOH CAMAT 1964-1966
2. F.H. BARAMULI CAMAT 1966-1971
3. J. TOWOLIU CAMAT 1971-1974
4. L. BAWOTONG, BA CAMAT 1974-1977
5. W. SALINDEHO, BA CAMAT 1977-1979
6. F. J. PATRAS, BA CAMAT 1979-1980
7. V. PARERA, BA CAMAT 1980-1983
8. G. K. TATIPANG, BA CAMAT 1983-1985
9. Drs. A. TAMPILANG CAMAT 1985-1987
10. L. BAWOTONG, BA CAMAT 1987-1990
11. Drs. JHON MEDEA CAMAT 1990-1994
12. Drs. N. BAWENGAN CAMAT 1994-1998
13. A. PANAUHE, SH CAMAT 1998-1999
14. Drs. S.T. MAKAGANSA CAMAT 1999-2001
15. HEDY JANIS, SH CAMAT 2001-2002
16. Drs. PETRUS BAWEKES CAMAT 2002-2003
17. Drs. I.N. SOMBOUNAUNG CAMAT 2003-2006
18. Drs. ROFLEIN AREROS CAMAT 2006-2007
19. CH. L. SALINDEHO, SPi CAMAT 2007-2008
20. FRANS.G. PORAWOUW, SIP CAMAT 2009-…….


SUMBER : KANTOR CAMAT
“KECAMATAN SIAU TIMUR DALAM ANGKA 2009“

10.49 - No comments

BANGUNAN TUA DI SIAU




Ini adalah dua bangunan tua, pada gambar no 1 dan 2 lokasinya di sebelah makam raja Lokong Banua di Paseng. setelah saya coba bertanya kepada penduduk sekitar tentang bangunan yang mirip kuburan ini mereka semua tidak tahu kalau ini bangunan apa. pada gambar 3 ini letaknya beberapa kampung menuju utara dari Paseng (nama kampungnya sudah terlupakan) namun bangunan ini sudah jatuh ke pinggiran pantai di kampung tersebut. yang menjadi pertanyaan dalam pikiran saya adalah,jika seandainya ini adalah kuburan, apakah kita masyarakat Siau juga punya model kuburan lama sepertia halnya 'waruga' di Minahasa?? nanti kita coba selidiki lagi..

Sabtu, 15 Januari 2011

23.31 - No comments

ASALE U ARENG DEAHE

Beke bou yupung sarang palahento, sarang tempo ii tamaliwuhe, sentinia mang su endumang, nakoa kere putatahendungang suapang seng nundui tundu nupatendang adate;
Dalohong dunia mubawalu, manga tumbonangeb mugaghanti arawe tahanusang mang tutatei matoghase, manga bawulurang mutatandung sarang sasi, mumangindalung bedae.
Patiku tampa pia sarane dang pia arenge tutune nau kere tampa deahe, su tahanusang karangetang; tampa deahe nanahiangkung tatelu bawulurang; himotonge Bulude lilapide mutahatepase sasi,nau pondole I susego tonggeng lilapide; karuane Bulude mahoro; dang katelune Bulude u mamiti
Bulude mahoro dingang bulude mamiti I nasimbau; su wiwihu sasi dang nakoa kere tonggene, I susego tonggeng mahoro. Areng mahoro dingang dang mamiti pia mangalene, mahoro e ko pundaresong u barang mahoro kere aghide sutempong museke, ene ko bara, sondang, daleang. Mamiti ee ko tampa pamitikang, jadi kamageng pia taumata dalai sumowa su apeng lantang nau seng pentulang u papiti bou wulude e
Su horou tau wahe arou irung bengko (eropa) simu su tahanusang Indonesia ii, apang tahanusa pia datune arau karajaange (kararatuange). Malahe baugu pia kararatuang tantu pia pusaseke.
Sutempo ee pia kararatuang ko nangilembo bahani, eek o isusego mangindano (mindanau). Sordadong mangindano ee ko muhampase, mamate dang lumia mangawine, hakiu sutempo ee taumata matana maraung apeng, dang sumebang sarang apeng ketaeng manga ese ualingu mataku kahumpakeng u mangindano.
Tumuhu beke dingangu habare bou magagurang mang pia singkatau ese ko kawahaninge, nau arenge I Karugi, taumata ii mumatana su liang su wowong pung u ake su Ripahe, liang ee tutatengo laude, dang orase ii liang ee seng takalintukang batu seng naondole. Kamageng I Karugi seng makasilo kora kora u mangindao isie seng sumebang boi liang ee sarang aping mundola mangindano ee aghide bara. Pangangasange batu su apeng Deahe hakiu isusego batu kamanga. Kawanua su wuludang tatelu e mangkete suralung katataku dang kaghaghenggang…
Su sihelo pia singkatau manga ese dimesung sarang apeng pendunge isie mubae, arate nudating apeng manga ese ee nutehung arau nunadia sakaenge, bou ee isie nakoa sarang biwihe apeng su sebung lua pendunge mudea pahuru. Taumata e limendi dang himekose nakasilo su sebung lua ee pia taumata pununalangeng u lua. Nihaungange dang niwolenge sarang durlunge dang nipeloe su wowong batu. Karalahee taumata ee seng takoae singngone arau nate. Taumata ese e nusule muhabare u isie nakarea taumata su apeng, dang mudea ontole sugunang mulebing tau ee.
Nau ualingu pia taumata nikarea su apeng ee, su tempo ee apeng ee nisego I sire apeng u Reahe. Jadi areng ee ko niala I sire bou bawera Nikarea; nau bene nangala simpedi bou bawera kere Rea nitambangu He. Hakiku natumang kere Reahe (ko mangalene niala bou nikarea). Bou tempo ee bawuludang tatele ee nepakasimbau Isusego Reahe.
Dunia mang kapubawalune, turonang kapudalahawenge, pananipire kukarangee, singka kapahuntinambane, areng Reahe aramanung salawe malentang pudaringihange nau sau nipakatumang nakoa Deahe. Keree bekeng u karariading u areng Deahe niala sumangalene, hakiu sarang jamaate isusego Jemaat Deahe, ore lainge kampong.
Bou beke ii luharapeng su manga palahento makoa kere simbau putatahendungang humoneu areng Deahe balinewe sematang areng kaiso areng ko pia mangalene.
Iogho su manga kalendesang, ketako su naung tebale ko su endumang beke ii

Tarimakase mutahendung salamate mubasa.

Selasa, 11 Januari 2011

07.51 - No comments

* KENYATAAN DI BALIK SAMBUTAN NATAL DAN TAHUN BARU BUPATI SITARO…….

Kesetiaan itu masih ada…. Di benakku… di pikiranku…

BELAKANGAN ini semakin banyak permasalahan yang terjadi pada tubuh pemerintah dan berimbas pada ketenangan hidup masyarakat. Era demokrasi semakin menuntut kebebasan dari masyarakat untuk bersuara menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Sayangnya, aspirasi masyarakat kadangkala hanya dianggap sebagai angin lalu oleh pemerintah di tengah carut marutnya birokrasi Indonesia. Hanya segelintir golongan yang bisa menembus benteng pemerintah dan mengawali perubahan. Sekarang kita butuh konsolidasi demokrasi dari berbagai lapisan masyarakat sehingga roda pemerintahan itu tidak berjalan seenaknya sesuka hati penguasa, karena pada dasarnya pemerintahan sekarang orientasinya jelas-jelas bukan untuk rakyat tetapi kepada partai politik dan penguasa modal.

HIDUP RAKYAT!!! HIDUP RAKYAT!!! HIDUP RAKYAT!!!

Tidak bisa dipungkiri kalau hal seperti gambaran di atas juga terjadi di tanah yang kita cintai ini, tanah karangetang mandolokang kolo-kolo. Para penguasanya sibuk bersolek ala orang yang paling hebat, paling mulia di tengah rakyat kaum bawah yang sibuk bergelut dengan masalah ekonomi, mulai dari penampilan yang kelihatan hingga cara berbicaranya dipoles penuh kata-kata indah namun kebanyakan tidak sesuai dengan prilaku dan apa yang telah dilakukan mereka.
Dengar saja pada sambutan Natal 2010 dan sambutan Tahun Baru 2011 dari Bupati Kepulauan SITARO, kebanyakan hanyalah surga telinga. Dengar saja penggalan kalimat ‘gema lonceng mengiringi hadirnya sukacita Natal, nuansa penuh damai yang terangkai indah’, berbicara tentang damai sejahtera dan sukacita bukan hanya di dalam gedung peribadatan tetapi juga kedamaian itu akan terpancar di setiap lini kehidupan di mana pun masyarakat berada. Bagaimana masyarakat ada kedamaian? Sejak penyambutan natal saja rakyat sudah disuguhi cekikan minyak yang harganya selangit dan sulit untuk ditemukan hal ini juga masih dibarengi dengan keadaan listrik yang realitanya dalam sehari lima sampai enam kali padam. Bukankah hal ini tidak mensejhaterakan rakyat sehingga dalam pikiran rakyat pun tidak ada damai sejahtera itu, lalu untuk apa kita meneriakan damai sejahtera kepada rakyat sedangkan kita sendiri yang membuat rakyat itu tidak sejahtera. Permasalahan listrik tidak sampai disini saja, pembayaran tariff listrik cenderung direkayasa, bagaimana bisa dikatakan demikian, petugas untuk megecek meteran saja nanti muncul tiga bulan sekali, terus bagaimana tarifnya bisa sudah dketahui oleh PLN di pusat??? Beban yang diberikan pun tidak jelas untuk apa, untuk lampu jalan? Memangnya berapa banyak biaya untuk lampu jalan yang hanya ada diseputaran pusat kota tapi dibebani pada seluruh pelanggan listrik?
Bandingkan saja hebatnya penguasa negeri ini, hebatnya memutarbalikkan kata, mengajak rakyat agar tidak berpesta pora dalam menyambut natal dan meneladani kesederhanaan Kristus tetapi, dimana mereka menjenguk orang tua yang sudah lanjut usia serta masyarakat yang di bawah garis kemiskinan tapi malahan melaksanakan open house yang notabenenya adalah pesta pora, pertemuan jajaran pemerintahan dan orang-orang dekat penguasa saja.
Dari kedua sambutan ini juga hampir sama mengungkapkan beberapa prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh kabupaten SITARO, memang ada beberapa yang benar-benar harus kita berikan apresiasi kepada seluruh lapisan masyarakat SITARO karena ini adalah prestasi kita semua. Tetapi ada juga yang patut kita kritisi dari sambutan ini adalah hal-hal yang diungkapkan kebanyakan adalah hal-hal yang baiknya saja tapi titik hitam pada perjalanan pemerintahan 2010 tentang aksi damai (demonstrasi) mahasiswa tidak di singgung, bukankah ketika mahasiswa melakukan aksi ini adalah bagian dari ketidakpuasan pada pelayanan pemirintahan di Kabupaten SITARO ini yang katanya menjadi percontohan pelayanan publik tingkat nasional. Lihat saja waktu arus penumpang menumpuk pada liburan ini pelayanan pelayaran malah membiarkan penumpang serta keselamatan terabaikan, kapal hanya satu dioperasikan penumpang pun berdesakan yang berdiri tetap berdiri yang duduk tetap duduk saking padatnya penumpang, dimana kapal gratis yang dijanjikan waktu kampanye? Rakyat sibuk mencari bensin yang sulit ditemukan dan harganya selangit, dimana janji kampanye mendirikian dua SPBU di Ulu dan di Ondong untuk mengatur normalnya harga minyak? Jalan menujuh Siau Utara yang tidak layak pakai tapi pembangunan hanya diprioritaskan di pusat kota, pusat kota di dandan sedemikian rupa tapi rakyat desa selalu berkutat dengan rasa takut melintasi medan dan jalan yang menakutkan, bukankah dari desa ini yang paling banyak memasok pertumbuhan ekonomi? Tapi mengapa hal ini dibiarkan berlarut-larut. Pembangunan jembatan di pusat kota yang tidak begitu penting ternyata didahulukan. Pembangunan puskesmas-puskesmas hampir di setiap desa tapi tidak langsung di isi dengan perawat sehingga bangunan ini bisa berfungsi, hal ini menandakan bahwa pembangunan dilakukan asal jadi supaya orang-orang disekitar penguasa tidak kecewa dan kebagian proyek PL (penunjukan langsung) dan mereka pun tutup mulut atas ketimpangan yang terjadi di daerah, pembangunan di SITARO kelihatannya berjalan tanpa perencanaan yang matang, dan juga kader-kader partai politik bukanlah mereka yang berniat membangun bangsa tapi berniat mengejar kepentingan pribadi dan keluarga. Terus jangan berharap tentang janji-janji yang dilontarkan oleh penguasa, sedangkan aksi mahasiswa menyoalkan masalah kantor penghubung pemerintah daerah Kab. SITARO di manado yang hanya diadakan tapi tidak difungsikan yang menurut bupati katanya dua minggu depan akan diopersikan tapi sampai sekarang sejak mei 2010 tidak juga terwujud. Tunjangan duka pun untuk mendapatkannya sangat sulit, tunjangan dan dana untuk mengurusnya hampir berimbang, hal ini sama saja bohong-bohongan, kalau ada duka di wilayah yang cukup besar dan mumpuni untuk meraup suara dalam pemilihan urusannya lancar, tapi coba kalau duka ini di daerah terpencil dan masyarakat pemilihnya kurang berpengaruh, sulitnya minta ampun.
Rakyat SITARO yang terhormat, masih banyak keganjilan di tanah kita yang kita cintai ini, tanah yang dianggap oleh penguasa negeri ini seperti warisan nenek moyang mereka (yupung I sire) saja, sehingga kita kalau membutuhkan sesuatu atau pun mau mengabdi untuk SITARO saja harus menjadikan mereka tuan, mengemis dan menjilat kepada mereka untuk mendapatkannya. Hal ini juga telah menjadikan hampir seluruh PNS yang ada di SITARO mengabdinya bukan untuk SITARO tapi mengabdi kepada penguasa, ini merupakan bagian dari kesuksesan Eksekutif dan Legislatif tapi sayang tidak diungkapkan pada sambutan Natal dan Tahun baru.
Masyarakat jangan terlalu berharap bahwa legislatif akan mengontrol dengan baik jalannya pemerintahan oleh Eksekutif karena mereka hanyalah memperjuangkan kepentingan partai politik, ingat bahwa dewan sekarang didominasi oleh PDIP dan eksekutif juga adalah ketua PDIP jadi roda pemerintahan hanya dijalankan dengan konsolidasi dan koordinasi hati nurani antar garis partai politik. Jangan berharap juga bahwa oposisi akan mengawal dengan baik partai penguasa karena partai oposisi (Golkar dan partai-partai lainya) hingga sekarang ini hanyalah ibarat singa ompong yang hanya bisa mengaung tapi tidak bisa menggigit dan sekrang menjelma menjadi oportunis yang hanya mencari-cari kesempatan dalam kesempitan untuk memoles nama baik tapi tujuannya sama-sama menindas rakyat. Berharap juga pada LSM-LSM…?? jangan!! karena dari sebagian besar mereka yang paling banyak menyoroti pemerintahan sekarang ini telah terbungkam, mulutnya tersumbat karena mendapat proyek Penunjukan Langsung dan mereka tidak ubahnya ibarat pahlawan kesiangan, di depan rakyat bicaranya paling hebat tapi pergerakanya nol besar, permasalahan yang ada dipikiran mereka hanya menjadi alat pengancam penguasa supaya diberikan posisi dan proyek. Lihat saja dimana suara-suara mereka? Suara pemberani generasi muda yang dimotori KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) juga tidak ada, apa sebabnya?? Sebabnya adalah karena mereka juga sama-sama merah. Jangan harap media berani mengangkat ketimpangan tentang daerah ini karena mereka juga telah terbeli. Lalu pada siapakah rakyat mengadu…??? Tanyakan pada hati yang paling dalam, apakah pernah kita memikirkan masalah bersama?? Ataukah kita tidak mau pusing dengan keadaan sekitar kecuali masalah ini mengena pada pribadi kita?? Kita seenaknya dibodohi, kita lupa bahwa dari Nameng pulau Siau hingga Buang pulau Biaro kita adalah satu, senasib sepenanggungan namun sayang memiliki pemimpin yang tidak memiliki rasa senasib sepenanggungan ini, hingga jarak yang kecil dari setiap wilayah ini menjadi jurang pemisa yang amat sangat membatasi kita untuk bersatu membangun bangsa. Satu yang harus kita tanamkan di benak kita bahwa “RAKYAT BERSATU TIDAK BISA DIKALAHKAN”. Jauhkan sikap mahungge terhadap kelaliman demi meneriakan kebenaran. Saatnya kita berteriak benar terhadap kebenaran dan salah untuk kesalahan.

HIDUP RAKYAT!!!!!
“Mekaraki Pato Tumondo Mapia, Boleng Balang Singkahindo”




*Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan atas sambutan Natal dan Tahun Baru oleh Bupati Sitaro dan dan sebagai refleksi tahun baru untuk rakyat Sitaro.