Kamis, 19 Mei 2011

09.26 - 2 comments

KLIKITONG SIAU

Klikitong adalah alat musik tradisonal siau yang pada dasarnya merupakan musik kelompok karena memiliki dua alat musik yang digabungkan sehingga membentuk suatu perpaduan alat musik yang dinamakan dengan music Klikitong. Nama Klikitong diambil dari bunyi music tersebut yang dilapalkan(tong….kliki…tong….kliki….tong..tong)Musik ini terbentuk karena adanya inisiatif dari masyarakat Siau yang keseluruhannya berstatus sebagai petani agar mereka termotifasi untuk lebih bersemangat lagi dalam bekerja. Musik klikitong adalah musik taradisional Siau yang keberadaannya masih ada di Desa Dame Kec. Siau Timur.
Alat musik ini merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul, jika dilihat dari cara membunyikannya, dan jika dilihat dari sumber bunyinya kedua alat musik ini adalah alat musik Idiophone (Talempong) dan Membranophone (Tagonggong)
Alat musik pukul menghasilkan suara/bunyi sewaktu dipukul atau ditabuh. Alat musik pukul dibagi menjadi dua yakni bernada dan tidak bernada. Bentuk dan bahan bagian-bagian instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan menentukan suara yang dihasilkan instrumen. Contohnya adalah kolintang (bernada), drum (tak bernada), dan lain-lain. Alat musik yang ada pada klikitong yaitu Tagonggong dan Talempong.
Tagonggong
Tagonggong merupakan alat musik pukul yang berbentuk seperti silinder besar, terbuat dari sepotong batang kayu besar yang berukuran panjang kira-kira 1 meter lebih dan berdiameter kira-kira 50-60cm, Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk silinder besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang,(kulit kambing) yang berfungsi sebagai membran atau selaput. Bila dipukul, tagonggong menimbulkan suara berat, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. bagian belakangnya memiliki lubang kecil yang tidak di tutup, bagian depan yang terdapat membrane merupakan bagian yang akan dipukul atau bagian yang menghasilkan getar ( Bunyi ), alat ini memiliki sepasang pemukul yang terbuat dari rotan yang diraut menjadi tipis dan panjangnya berukuran ±30-40cm. karena memiliki membrane sebagai sumber bunyi maka alat musik ini termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul yang tergolong dalam alat musik Membranofon. Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. contoh : tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana dan lain-lain.
Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik pukul khas Siau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong terbuat dari tembaga yang ditempah, . Saat ini talempong dari jenis tembaga lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong Siau memiliki perbedaan dengan Talempong yang ada ditempat lain seperti di Minangkabau, Talempong yang ada di Minangkabau memiliki sepasang pemukul sedangkan Talempong Siau memiliki satu pemukul. Bunyi dihasilkan yaitu dari kayu yang dipukulkan pada permukaan Talempong, atau berasal dari badan alat musik itu sendiri, sehingga termasuk dalam klasifikasi alat musik pukul yang tergolong dalam alat musik Idiofon. Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri dan bahan dasarnya. Contoh: kolintang, angklung dan lain-lain.

Klikitong merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak beberapa tahun lalu, Klikitong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti, Tari Pelonihaka yang juga merupakan tarian khas Siau. klikitong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa
Fungsi Klikitong,
1.Sarana Keagamaan (Komunikasi Spiritual)
Musik Klikitong dikatakan sebagai sarana keagamaan karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana musik Tangonggong, dipentaskan dalam upacara-upacara adat yang selalu dihubungkan dengan manusia dan Tuhannya.
2.Sarana komunikasi Sosial
Dikatakan sebagai sarana komunikasi sosial karena dalam pementasannya melibatkan banyak pendukung yang terdiri dari pemain alat musik sampai pada penarinya. Dalam persiapan dan sesudah pementasan semua orang yang terlibat saat itu dapat bertukar informasi baik pemain dengan pemain, pemain dan penari, bahkan dengan semua penonton yang hadir saat itu.
3.Sarana hiburan
Pementasan-pementasan Musik Klikitong yang dapat menarik perhatian warga secara menyeluruh, sebab pelalui pementasan tersebut kebutuhan terhadap seni dapat terpenuhi, dan lewat acara-acara tersebut para penduduk (Siau) sangat terhibur.


tagonggong yang sedang dimainkan


talempong yang sedang dimainkan



Senin, 02 Mei 2011

20.42 - No comments

Refleksi ulang tahun ke 3 AKM SITARO (3 mei 2011) dan nasib pendidikan di INDONESIA (2 Mei 2011)

Tiga tahun memang kedengaranya masih terlalu dini untuk AKM berbicara banyak mengenai kehidupan bangsa dan Negara. Ibarat bayi AKM SITARO masih dalam tahap belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, berjalan dengan linca, belajar berbicara dengn jelas dan teratur. Mahasiswa Sitaro yang tergabung dalam organisasi ini menampik semua prasangka ini, mereka membuktikan bahwa mereka bukanlah mahasiswa yang kelihatanya sekedar mahasiswa biasa yang hanya datang kuliah terus balik ke kos masing-masing tanpa memiliki kepekaan atau memikirkan keadaan sosial bangsa dan Negara. Mereka belajar memahami realita kehidupan di tanah yang mereka cintai dan belajar untuk menjadi aset masa depan Bangsa yang tak ternilai harganya, mereka adalah calon pemimpin masa depan bangsa dengan ribuan konsep terbaik yang telah mereka siapkan untuk membangun negeri yang mereka cintai agar lebih baik dari hari ini.
Melihat track record AKM SITARO, organisasi ini sudah matang dalam beroganisasi. Sikap kepedulianya terhadap masyarakat tidak bisa di pugkiri lagi. Pemikiran kritis mereka dalam menanggapi kesenjangan sosial dan kekeliruan dalam kepemimpinan mulai dari pusat hingga pelosok pedesaan. Membaca arus gerak strategi geo-politik, ekonomi, pendidikan, pertahanan keamanan dll secara global menjadi hal yang mendasar bagi mereka sehingga bisa berbicara banyak mengena bangsa dan Negara ini.
AKM Sitaro ini pada awalnya direncanakan akan di deklarasikan pada 2 Mei agar bersamaan dengan hari pendidikan nasional dan jika memperingatinya pasti akan lebih heboh dan meriah. Tapi bagaiman kalau seandainya deklarasi AKM itu memang terlaksana sesuai rencana awal (tnggal 2 Mei)? Bagaimana perayaannya?
AKM SITARO mengalami peningkatan yang luar biasa karena saat ini sedang mempersiapkan Musyawarah Cabang Manado. Hal ini mengindikasikan bahwa AKM SITARO telah menyebar ke seluruh penjuru negeri mulai dari hanya konsep pemikirannya hingga secara organisatorisnya. Kedewasaan mahasiswa Sitaro dalam menanggapi permasalahan pun sudah tidak diragukan lagi. Hal ini bertolak belakang dengan keadaan pendidikan di Indonesia.
Mari kita lihat keadaan pendidikan saat ini.
2 Mei 2011 bertepatan dengan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional. Hampir di setiap sekolah dan universitas diadakan upacara upacara bendera untuk memperingati hari penting ini. Tapi sayangnya peringatan ini tidak mencerminkan pendidikan di Indonesia yang kian maju dan berkualitas, namun justru cenderung berjalan di tempat bahkan mengalami kemerosotan.
Ironi memang, apabila kita mengingat bangsa Indonesia yang setelah 66 tahun merdeka namun belum mampu menghadirkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini terlihat dari moral generasi mudanya yang semakin hari semakin mengalami kemerosotan. Peran lembaga pendidikan membentuk generasi yang bermoral dan memiliki paradigma ke depan sangatlah kurang. Angka putus sekolah dan pengangguran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang diamanatkan dalam Rancangan Undang-Undang Pendidikan, dimana pendidikan diharapkan tidak hanya mengedepankan proses transfer ilmu saja tetapi juga dengan pembentukan moral para generasi penerus bangsa ini.
Raden Mas Soewardi Suryaningrat, atau yang biasa kita kenal dengan Ki Hadjar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia merupakan Bapak Pendidikan Nasional Bangsa Indonesia dan seorang pendiri Nationaal Onderwijs Intituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa). Karena buah pemikirannya, bangsa ini memiliki warisan pemikiran dasar pendidikan untuk memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status sosial, dan sebagainya. Tidak salah, jika tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara ini kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Namun berbagai masalah masih menghantui dunia pendidikan kita di Hardiknas kali ini, mulai dari lembaga persekolahan yang menjadi tumpuan untuk mendidik individu-individu berkualitas dinilai masih tertinggal dalam menjawab tantangan zaman. Kontroversi pemberlakuan ujian nasional yang tiada henti, berbagai tindak kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya. Sampai sinetron sinetron televisi Indonesia yang dengan baik mendidik para siswa SMA sampai SD tentang hasrat cinta lawan jenis dan menjadikan pelajaran sekolah menjadi pekerjaaan sampingan, selain itulah lahirlah komunitas kosmopolitan dan hedonis macam dance street clubs, dugem club, anak nongkrong, yang padat oleh aktivitas seni namun jauh dari usaha memperbaiki bangsa. Komunitas yang lahir dengan parameter moralnya sendiri. Generasi yang kebudayaannya dijajah kebudayaan bangsa lain. Generasi yang tercerabut dari akar budayanya. Memposisikan agama dan moral sebagai sesuatu yang teralienasi. Pertarungan kebudayaan yang bukan kitalah pemenangnya. Pendidikan kita pun ternyata bukan lagi menjadi tameng pelindung. Padahal, perubahan global yang pesat menuntut sumber daya manusia cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, serta peduli terhadap persoalan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan yang sejatinya diyakini sebagai salah satu jalan dan prioritas terpenting untuk memajukan warga negara Indonesia. Akan tetapi, realitas yang ada, tiap kali membicarakan pendidikan di negara yang sudah 66 tahun merdeka ini, ada rasa gamang yang mengganggu optimisme untuk keluar dari belitan masalah sumber daya manusia yang bermutu.
Desakan supaya bangsa ini kembali kepada ”roh” pendidikan seperti yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara dalam tri pusat pendidikan, yaitu pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat, paradigma yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita, menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan dan telah di copy paste oleh Malaysia dan Singapura. Namun realitanya, pendidikan kita dirasakan belum keluar dari paradigma lama yang menempatkan siswa sebagai obyek pendidikan.
Lalu bagaimana nasib pendidikan bangsa Indonesia ke depan apabila keadaan masih seperti ini? Jangan hanya berpangku tangan, saatnya untuk kita generasi muda yang mengubah keadaan ini. Teriakkan perlawanan terhadap kebodohan, untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

AKM SITARO, melalui divisi-divisi yang ada, didiklah generasi masa depan bangsa ini agar SITARO, Sulawesi Utara, Indonesia tidak dipandang remeh oleh Negara lain, agar bangsa dan Negara ini memiliki jatihdiri yang jelas, agar bangsa ini sedikitnya bermartabat dan punya harga diri di mata internasional…..