Sabtu, 29 Januari 2011

18.25 - No comments

TOADE (MALAHINSE)



gambar 1. pulau Toade Malahinse gambarnya diambil dari burake
gambar 2. Toade Malahinse dari atas Balirangen

18.04 - No comments

PEJABAT YANG PERNAH MEMERINTAH DI KECAMATAN SIAU TIMUR

NAMA PEJABAT JABATAN TAHUN
1. J.C.PONTOH CAMAT 1964-1966
2. F.H. BARAMULI CAMAT 1966-1971
3. J. TOWOLIU CAMAT 1971-1974
4. L. BAWOTONG, BA CAMAT 1974-1977
5. W. SALINDEHO, BA CAMAT 1977-1979
6. F. J. PATRAS, BA CAMAT 1979-1980
7. V. PARERA, BA CAMAT 1980-1983
8. G. K. TATIPANG, BA CAMAT 1983-1985
9. Drs. A. TAMPILANG CAMAT 1985-1987
10. L. BAWOTONG, BA CAMAT 1987-1990
11. Drs. JHON MEDEA CAMAT 1990-1994
12. Drs. N. BAWENGAN CAMAT 1994-1998
13. A. PANAUHE, SH CAMAT 1998-1999
14. Drs. S.T. MAKAGANSA CAMAT 1999-2001
15. HEDY JANIS, SH CAMAT 2001-2002
16. Drs. PETRUS BAWEKES CAMAT 2002-2003
17. Drs. I.N. SOMBOUNAUNG CAMAT 2003-2006
18. Drs. ROFLEIN AREROS CAMAT 2006-2007
19. CH. L. SALINDEHO, SPi CAMAT 2007-2008
20. FRANS.G. PORAWOUW, SIP CAMAT 2009-…….


SUMBER : KANTOR CAMAT
“KECAMATAN SIAU TIMUR DALAM ANGKA 2009“

10.49 - No comments

BANGUNAN TUA DI SIAU




Ini adalah dua bangunan tua, pada gambar no 1 dan 2 lokasinya di sebelah makam raja Lokong Banua di Paseng. setelah saya coba bertanya kepada penduduk sekitar tentang bangunan yang mirip kuburan ini mereka semua tidak tahu kalau ini bangunan apa. pada gambar 3 ini letaknya beberapa kampung menuju utara dari Paseng (nama kampungnya sudah terlupakan) namun bangunan ini sudah jatuh ke pinggiran pantai di kampung tersebut. yang menjadi pertanyaan dalam pikiran saya adalah,jika seandainya ini adalah kuburan, apakah kita masyarakat Siau juga punya model kuburan lama sepertia halnya 'waruga' di Minahasa?? nanti kita coba selidiki lagi..

Sabtu, 15 Januari 2011

23.31 - No comments

ASALE U ARENG DEAHE

Beke bou yupung sarang palahento, sarang tempo ii tamaliwuhe, sentinia mang su endumang, nakoa kere putatahendungang suapang seng nundui tundu nupatendang adate;
Dalohong dunia mubawalu, manga tumbonangeb mugaghanti arawe tahanusang mang tutatei matoghase, manga bawulurang mutatandung sarang sasi, mumangindalung bedae.
Patiku tampa pia sarane dang pia arenge tutune nau kere tampa deahe, su tahanusang karangetang; tampa deahe nanahiangkung tatelu bawulurang; himotonge Bulude lilapide mutahatepase sasi,nau pondole I susego tonggeng lilapide; karuane Bulude mahoro; dang katelune Bulude u mamiti
Bulude mahoro dingang bulude mamiti I nasimbau; su wiwihu sasi dang nakoa kere tonggene, I susego tonggeng mahoro. Areng mahoro dingang dang mamiti pia mangalene, mahoro e ko pundaresong u barang mahoro kere aghide sutempong museke, ene ko bara, sondang, daleang. Mamiti ee ko tampa pamitikang, jadi kamageng pia taumata dalai sumowa su apeng lantang nau seng pentulang u papiti bou wulude e
Su horou tau wahe arou irung bengko (eropa) simu su tahanusang Indonesia ii, apang tahanusa pia datune arau karajaange (kararatuange). Malahe baugu pia kararatuang tantu pia pusaseke.
Sutempo ee pia kararatuang ko nangilembo bahani, eek o isusego mangindano (mindanau). Sordadong mangindano ee ko muhampase, mamate dang lumia mangawine, hakiu sutempo ee taumata matana maraung apeng, dang sumebang sarang apeng ketaeng manga ese ualingu mataku kahumpakeng u mangindano.
Tumuhu beke dingangu habare bou magagurang mang pia singkatau ese ko kawahaninge, nau arenge I Karugi, taumata ii mumatana su liang su wowong pung u ake su Ripahe, liang ee tutatengo laude, dang orase ii liang ee seng takalintukang batu seng naondole. Kamageng I Karugi seng makasilo kora kora u mangindao isie seng sumebang boi liang ee sarang aping mundola mangindano ee aghide bara. Pangangasange batu su apeng Deahe hakiu isusego batu kamanga. Kawanua su wuludang tatelu e mangkete suralung katataku dang kaghaghenggang…
Su sihelo pia singkatau manga ese dimesung sarang apeng pendunge isie mubae, arate nudating apeng manga ese ee nutehung arau nunadia sakaenge, bou ee isie nakoa sarang biwihe apeng su sebung lua pendunge mudea pahuru. Taumata e limendi dang himekose nakasilo su sebung lua ee pia taumata pununalangeng u lua. Nihaungange dang niwolenge sarang durlunge dang nipeloe su wowong batu. Karalahee taumata ee seng takoae singngone arau nate. Taumata ese e nusule muhabare u isie nakarea taumata su apeng, dang mudea ontole sugunang mulebing tau ee.
Nau ualingu pia taumata nikarea su apeng ee, su tempo ee apeng ee nisego I sire apeng u Reahe. Jadi areng ee ko niala I sire bou bawera Nikarea; nau bene nangala simpedi bou bawera kere Rea nitambangu He. Hakiku natumang kere Reahe (ko mangalene niala bou nikarea). Bou tempo ee bawuludang tatele ee nepakasimbau Isusego Reahe.
Dunia mang kapubawalune, turonang kapudalahawenge, pananipire kukarangee, singka kapahuntinambane, areng Reahe aramanung salawe malentang pudaringihange nau sau nipakatumang nakoa Deahe. Keree bekeng u karariading u areng Deahe niala sumangalene, hakiu sarang jamaate isusego Jemaat Deahe, ore lainge kampong.
Bou beke ii luharapeng su manga palahento makoa kere simbau putatahendungang humoneu areng Deahe balinewe sematang areng kaiso areng ko pia mangalene.
Iogho su manga kalendesang, ketako su naung tebale ko su endumang beke ii

Tarimakase mutahendung salamate mubasa.

Selasa, 11 Januari 2011

07.51 - No comments

* KENYATAAN DI BALIK SAMBUTAN NATAL DAN TAHUN BARU BUPATI SITARO…….

Kesetiaan itu masih ada…. Di benakku… di pikiranku…

BELAKANGAN ini semakin banyak permasalahan yang terjadi pada tubuh pemerintah dan berimbas pada ketenangan hidup masyarakat. Era demokrasi semakin menuntut kebebasan dari masyarakat untuk bersuara menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Sayangnya, aspirasi masyarakat kadangkala hanya dianggap sebagai angin lalu oleh pemerintah di tengah carut marutnya birokrasi Indonesia. Hanya segelintir golongan yang bisa menembus benteng pemerintah dan mengawali perubahan. Sekarang kita butuh konsolidasi demokrasi dari berbagai lapisan masyarakat sehingga roda pemerintahan itu tidak berjalan seenaknya sesuka hati penguasa, karena pada dasarnya pemerintahan sekarang orientasinya jelas-jelas bukan untuk rakyat tetapi kepada partai politik dan penguasa modal.

HIDUP RAKYAT!!! HIDUP RAKYAT!!! HIDUP RAKYAT!!!

Tidak bisa dipungkiri kalau hal seperti gambaran di atas juga terjadi di tanah yang kita cintai ini, tanah karangetang mandolokang kolo-kolo. Para penguasanya sibuk bersolek ala orang yang paling hebat, paling mulia di tengah rakyat kaum bawah yang sibuk bergelut dengan masalah ekonomi, mulai dari penampilan yang kelihatan hingga cara berbicaranya dipoles penuh kata-kata indah namun kebanyakan tidak sesuai dengan prilaku dan apa yang telah dilakukan mereka.
Dengar saja pada sambutan Natal 2010 dan sambutan Tahun Baru 2011 dari Bupati Kepulauan SITARO, kebanyakan hanyalah surga telinga. Dengar saja penggalan kalimat ‘gema lonceng mengiringi hadirnya sukacita Natal, nuansa penuh damai yang terangkai indah’, berbicara tentang damai sejahtera dan sukacita bukan hanya di dalam gedung peribadatan tetapi juga kedamaian itu akan terpancar di setiap lini kehidupan di mana pun masyarakat berada. Bagaimana masyarakat ada kedamaian? Sejak penyambutan natal saja rakyat sudah disuguhi cekikan minyak yang harganya selangit dan sulit untuk ditemukan hal ini juga masih dibarengi dengan keadaan listrik yang realitanya dalam sehari lima sampai enam kali padam. Bukankah hal ini tidak mensejhaterakan rakyat sehingga dalam pikiran rakyat pun tidak ada damai sejahtera itu, lalu untuk apa kita meneriakan damai sejahtera kepada rakyat sedangkan kita sendiri yang membuat rakyat itu tidak sejahtera. Permasalahan listrik tidak sampai disini saja, pembayaran tariff listrik cenderung direkayasa, bagaimana bisa dikatakan demikian, petugas untuk megecek meteran saja nanti muncul tiga bulan sekali, terus bagaimana tarifnya bisa sudah dketahui oleh PLN di pusat??? Beban yang diberikan pun tidak jelas untuk apa, untuk lampu jalan? Memangnya berapa banyak biaya untuk lampu jalan yang hanya ada diseputaran pusat kota tapi dibebani pada seluruh pelanggan listrik?
Bandingkan saja hebatnya penguasa negeri ini, hebatnya memutarbalikkan kata, mengajak rakyat agar tidak berpesta pora dalam menyambut natal dan meneladani kesederhanaan Kristus tetapi, dimana mereka menjenguk orang tua yang sudah lanjut usia serta masyarakat yang di bawah garis kemiskinan tapi malahan melaksanakan open house yang notabenenya adalah pesta pora, pertemuan jajaran pemerintahan dan orang-orang dekat penguasa saja.
Dari kedua sambutan ini juga hampir sama mengungkapkan beberapa prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh kabupaten SITARO, memang ada beberapa yang benar-benar harus kita berikan apresiasi kepada seluruh lapisan masyarakat SITARO karena ini adalah prestasi kita semua. Tetapi ada juga yang patut kita kritisi dari sambutan ini adalah hal-hal yang diungkapkan kebanyakan adalah hal-hal yang baiknya saja tapi titik hitam pada perjalanan pemerintahan 2010 tentang aksi damai (demonstrasi) mahasiswa tidak di singgung, bukankah ketika mahasiswa melakukan aksi ini adalah bagian dari ketidakpuasan pada pelayanan pemirintahan di Kabupaten SITARO ini yang katanya menjadi percontohan pelayanan publik tingkat nasional. Lihat saja waktu arus penumpang menumpuk pada liburan ini pelayanan pelayaran malah membiarkan penumpang serta keselamatan terabaikan, kapal hanya satu dioperasikan penumpang pun berdesakan yang berdiri tetap berdiri yang duduk tetap duduk saking padatnya penumpang, dimana kapal gratis yang dijanjikan waktu kampanye? Rakyat sibuk mencari bensin yang sulit ditemukan dan harganya selangit, dimana janji kampanye mendirikian dua SPBU di Ulu dan di Ondong untuk mengatur normalnya harga minyak? Jalan menujuh Siau Utara yang tidak layak pakai tapi pembangunan hanya diprioritaskan di pusat kota, pusat kota di dandan sedemikian rupa tapi rakyat desa selalu berkutat dengan rasa takut melintasi medan dan jalan yang menakutkan, bukankah dari desa ini yang paling banyak memasok pertumbuhan ekonomi? Tapi mengapa hal ini dibiarkan berlarut-larut. Pembangunan jembatan di pusat kota yang tidak begitu penting ternyata didahulukan. Pembangunan puskesmas-puskesmas hampir di setiap desa tapi tidak langsung di isi dengan perawat sehingga bangunan ini bisa berfungsi, hal ini menandakan bahwa pembangunan dilakukan asal jadi supaya orang-orang disekitar penguasa tidak kecewa dan kebagian proyek PL (penunjukan langsung) dan mereka pun tutup mulut atas ketimpangan yang terjadi di daerah, pembangunan di SITARO kelihatannya berjalan tanpa perencanaan yang matang, dan juga kader-kader partai politik bukanlah mereka yang berniat membangun bangsa tapi berniat mengejar kepentingan pribadi dan keluarga. Terus jangan berharap tentang janji-janji yang dilontarkan oleh penguasa, sedangkan aksi mahasiswa menyoalkan masalah kantor penghubung pemerintah daerah Kab. SITARO di manado yang hanya diadakan tapi tidak difungsikan yang menurut bupati katanya dua minggu depan akan diopersikan tapi sampai sekarang sejak mei 2010 tidak juga terwujud. Tunjangan duka pun untuk mendapatkannya sangat sulit, tunjangan dan dana untuk mengurusnya hampir berimbang, hal ini sama saja bohong-bohongan, kalau ada duka di wilayah yang cukup besar dan mumpuni untuk meraup suara dalam pemilihan urusannya lancar, tapi coba kalau duka ini di daerah terpencil dan masyarakat pemilihnya kurang berpengaruh, sulitnya minta ampun.
Rakyat SITARO yang terhormat, masih banyak keganjilan di tanah kita yang kita cintai ini, tanah yang dianggap oleh penguasa negeri ini seperti warisan nenek moyang mereka (yupung I sire) saja, sehingga kita kalau membutuhkan sesuatu atau pun mau mengabdi untuk SITARO saja harus menjadikan mereka tuan, mengemis dan menjilat kepada mereka untuk mendapatkannya. Hal ini juga telah menjadikan hampir seluruh PNS yang ada di SITARO mengabdinya bukan untuk SITARO tapi mengabdi kepada penguasa, ini merupakan bagian dari kesuksesan Eksekutif dan Legislatif tapi sayang tidak diungkapkan pada sambutan Natal dan Tahun baru.
Masyarakat jangan terlalu berharap bahwa legislatif akan mengontrol dengan baik jalannya pemerintahan oleh Eksekutif karena mereka hanyalah memperjuangkan kepentingan partai politik, ingat bahwa dewan sekarang didominasi oleh PDIP dan eksekutif juga adalah ketua PDIP jadi roda pemerintahan hanya dijalankan dengan konsolidasi dan koordinasi hati nurani antar garis partai politik. Jangan berharap juga bahwa oposisi akan mengawal dengan baik partai penguasa karena partai oposisi (Golkar dan partai-partai lainya) hingga sekarang ini hanyalah ibarat singa ompong yang hanya bisa mengaung tapi tidak bisa menggigit dan sekrang menjelma menjadi oportunis yang hanya mencari-cari kesempatan dalam kesempitan untuk memoles nama baik tapi tujuannya sama-sama menindas rakyat. Berharap juga pada LSM-LSM…?? jangan!! karena dari sebagian besar mereka yang paling banyak menyoroti pemerintahan sekarang ini telah terbungkam, mulutnya tersumbat karena mendapat proyek Penunjukan Langsung dan mereka tidak ubahnya ibarat pahlawan kesiangan, di depan rakyat bicaranya paling hebat tapi pergerakanya nol besar, permasalahan yang ada dipikiran mereka hanya menjadi alat pengancam penguasa supaya diberikan posisi dan proyek. Lihat saja dimana suara-suara mereka? Suara pemberani generasi muda yang dimotori KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) juga tidak ada, apa sebabnya?? Sebabnya adalah karena mereka juga sama-sama merah. Jangan harap media berani mengangkat ketimpangan tentang daerah ini karena mereka juga telah terbeli. Lalu pada siapakah rakyat mengadu…??? Tanyakan pada hati yang paling dalam, apakah pernah kita memikirkan masalah bersama?? Ataukah kita tidak mau pusing dengan keadaan sekitar kecuali masalah ini mengena pada pribadi kita?? Kita seenaknya dibodohi, kita lupa bahwa dari Nameng pulau Siau hingga Buang pulau Biaro kita adalah satu, senasib sepenanggungan namun sayang memiliki pemimpin yang tidak memiliki rasa senasib sepenanggungan ini, hingga jarak yang kecil dari setiap wilayah ini menjadi jurang pemisa yang amat sangat membatasi kita untuk bersatu membangun bangsa. Satu yang harus kita tanamkan di benak kita bahwa “RAKYAT BERSATU TIDAK BISA DIKALAHKAN”. Jauhkan sikap mahungge terhadap kelaliman demi meneriakan kebenaran. Saatnya kita berteriak benar terhadap kebenaran dan salah untuk kesalahan.

HIDUP RAKYAT!!!!!
“Mekaraki Pato Tumondo Mapia, Boleng Balang Singkahindo”




*Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan atas sambutan Natal dan Tahun Baru oleh Bupati Sitaro dan dan sebagai refleksi tahun baru untuk rakyat Sitaro.