Panas dari matahari akan menyebabkan air dilaut, sungai dan danau
menguap. Uap air yang hangat tersebut akan bergerak naik keatas,
dan saat uap tersebut naik, uap air mulai menjadi dingin. Hasilnya, uap
air tersebut mulai berkondensasi membentuk kembali butiran-butiran air.
Kumpulan dari butiran-butiran air dilangit tersebut yang kita kenal
sebagai awan. Butiran-butiran air yang makin lama makin membesar
akhirnya akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Kadangkala, suhu
udara yang terlalu dingin membuat butiran-butiran air tersebut membeku
membentuk es dan jatuh kembali ke bumi sebagai salju.
Pages
▼
Rabu, 10 Oktober 2012
Mengapa langit berwarna biru?
Atmosfir bumi mengandung molekul gas kecil dan partikel (butiran)
debu. Sinar matahari yang memasuki atmosfir tersebut bertemu dengan
molekul gas dan partikel debu tadi. Warna sinar yang memiliki gelombang
sinar lebih panjang seperti merah dan kuning, dapat melewati dan
menembus molekul gas dan debu tadi. Tetapi warna biru yang memiliki
gelombang sinar lebih pendek dipantulkan kembali ke atas atmosfir.
Itulah mengapa langit terlihat berwarna biru. Prinsip yang sama berlaku
juga dengan air di laut atau danau yang terlihat berwarna biru.
Berapa banyak tulang yang kita miliki?
Anak bayi yang baru lahir memiliki 270 tulang. Beberapa tulang
akan bergabung menjadi satu saat kita mulai dewasa dan saat itu, tulang
yang dimiliki oleh orang dewasa menjadi 206. Pada bagian pusat, terdapat
74 tulang, termasuk 26 tulang punggung, 22 pada bagian tengkorak dan 25
pada bagian-bagian yang disebut rusuk. Tangan dan kaki memiliki 126
tulang, 62 di kaki dan 64 di tangan. Telinga kita sendiri juga memiliki 6
buah tulang.
Mengapa matahari berwarna merah saat terbit dan terbenam?
Saat matahari terbit dan terbenam, sinar dari matahari melakukan
perjalanan yang lebih panjang dibandingkan dengan diwaktu lain seperti
siang karena jarak antara kita dan matahari di waktu terbit dan terbenam
lebih jauh dibandingkan diwaktu siang. Warna sinar yang mampu mencapai
kita adalah warna yang mempunyai gelombang sinar lebih panjang yaitu
merah. Inilah sebabnya mengapa matahari terlihat merah diwaktu tersebut
Minggu, 12 Agustus 2012
Bahasa Indonesia,Pendidikan Nasional dan Kehidupan Berbangsa
1.
Gambaran umum
Dalam
situasi global regional dan nasional seperti yang kita alami saat ini masalah
identitas bangsa sering menjadi salah satu topik pembicaraan.Bangsa Indonesia
saat ini boleh dikatakan berada dalam situasi yang memprihatinkan.Baik karena
masalah ekonomi,politik maupun sosial.Harus memberikan perhatian lebih besar
terhadap masalah tersebut dengan tidak mengabaikan aspek kehidupan lainnya.
Pemberdayaan Bahasa Indonesia,
memperkokoh ketahanan budaya bangsa dalam era globalisasi.Sudah tepat kalimat
ini memungkinkan kita untuk membahas, tidak hanya masalah substansi kebahasaan tetapi
juga aspek-aspek ekonomi, sosial, politik, dan budaya, yang erat kaitannya
dengan aspek kebahasaan itu.Masalah kebahasaan murni saya serahkan sepenuhnya
kepada pakar bahasa untuk membahasnya, sedangkan makalah ini akan membicarakan
pokok-pokok diluar substansi kebahasaan yang erat kaitanya dengan aspek
pendidikan dan kehidupan berbangsa.
Seminar bahasa Indonesia sering
diselenggarakan pada zaman penjajahan dengan tujuan yang ingin dicapai pada
waktu itu. Berbeda dengan seminar bahasa Indonesia berikutnya, karena yang
diutamakan pada saat itu ialah menggalang kekuatan nasional untuk mencapai
kemerdekaan.Seminar-seminar bahasa selanjutnya yang diselenggarakan pada zaman
kemerdekaan , atau setelah kita merdeka pasti berorientasi pada hal yang lain
dan diarahkan untuk tujuan yang sesuai dengan prioritas pembangunan pada masa
itu.Walaupun demikian seminar bahasa Indonesia sangat diperlukan dan dilakukan
untuk kemajuan dan perkembangan bahasa.
2. Pendidikan
Pendidikan Nasional saat ini
mempunyai landasan yang lebih mantap, yang disahkan Undang-Undang nomor 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional .
Hal itu
tidak berarti bahwa masalah pndidikan sudah teratasi.Kita harus bekerja keras
dalam berbagai sektor pendidikan untuk memungkinkan kita mengfungsikan
pendidikan nasional dengan baik agar kita dapat mencapai tujuan seperti yang
dirumuskan dalam undang-undang tersebut. Pada bab 2 pasal 3, yang berbunyi : Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak , serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan keidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik, akan menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab .
Dari
rumusan itu jelas tampak betapa rumitnya persoalan yang kita hadapi.Segala dana
dan daya perlu kita arahkan agar tujuan tersebut dapat tercapai.Anggaran
pendidikan yang banyak dipertanyakan oleh masyarakat sedikit banyak telah
terjawab dengan adanya ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945 yang sudah
diamandemankan, pasal 31, ayat 4 yang berbunyi ‘’ Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara dan anggaran pendapatan daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional’’ .Walaupun demikian, hal itu
tidak menjamin bahwa tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan mudah
karena sarana utama yang diperlukan untuk menanamkan kesadaran, pengertian, dan
pemahaman tujuan pendidikan nasional itu bukanlah semata-mata dana.Disini
bahasa Indonesia dapat berperan sebagai sarana utama untuk melancarkan
tercapainya tujuan tersebut, dalam arti bahwa semua pihak mulai dari pengelolah
pendidikan sampai dengan masyarakat luas perlu berkomunikasi secara aktif dan
efektif agar dapat bersinergi dalam menggalang kebersamaan untuk mencapai
tujuan itu. Dengan kata lain penguasaan bahasa yang baik sangat diperlukan oleh para pengelolah dan
pelaksana pendidikan, peserta didik, orang tua, dan warga masyarakat umumnya
sebagai modal utama untuk meningkatkan mutu pendidikan .
Pendidikan nasional saat ini
memperkenalkan dan memasyarakkan orientasi ‘’baru’’ yang disebut dengan
keterampilan hidup (life skill) yang didalamnya juga terdapat kompetensi
berkomunikasi.Dengan demikian, orientasi ini sejalan dengan harapan kita tadi
agar kita semua mahir berbahasa Indonesia.Dalam hubungan ini, Departemen
Pendidikan Nasional melalui pusat bahasa sedang mengembangkan sarana pengujian
yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
3. Pengajaran Bahasa Indonesia
Selama ini pengajaran bahasa
Indonesia pada hampir semua jenis dan jenjang pendidikan selalu mendapat
sebutan mata pelajaran yang membosankan, menakutkan, gersang, terlalu teoritis
dan sebagainya.Singkatnya pengajaran bahasa Indonesia tidak atau kurang
diminati peserta didik.Kongres Bahasa
Indonesia VII diharapkan dapat
memberikan jalan keluar atau sekurang-kurangnya saran untuk mengubah
citra buruk tersebut menjadi sesuatu yang mempesona.Oleh karena itu, jadikanlah
pengajaran bahasa Indonesia itu sesuatu yang sangat menarik, menyenangkan, bermanfaat , dan
mencerdaskan .
Perlu
segera saya tambahkan bahwa setiap kali saya menggunakan kata bahasa Indonesia,
termasuk pengajarannya, kecuali konteks
bahasanya, harus diartikan sebagai bahasa dan sastra karena bahasa dan sastra
itu ibarat dua sisi mata uang yang berguna.Jika hanya ada satu saja, uang itu
bukanlah mata uang yang berguna.Jadi, pengajaran bahasa Indonesia harus seiring
dan sejalan dengan pengajaran sastra
atau sebaliknya.Janganlah pengajaran sastra atau pengajaran bahasa, terutama
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diarahkan untuk mencetak sastrawan atau ahli bahasa /
linguis.
Kompetensi
membaca dan menulis merupakan dua kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara , terutama para guru dan peserta didik kalau kita mengharapkan
tumbuhnya atau berkembangnya budaya baca dan tulis dalam masyarakat kita.
Bahasa
Indonesia sebagian sarana komunikasi tidak hanya dibutuhkan oleh warga Negara Indonesia.Warga
negara asing pun cukup banyak yang berminat untuk mempelajari dan menguasai
bahasa Indonesia di luar negeri, perkembangannya cukup menggembirakan.Oleh
karena itu kongres ini diharapkan dapat memberikan masukan yang memungkinkan
kita memperbaiki citra Indonesia diluar negeri.Seperti halnya beberapa negara
asing, selain negara yang berbahasa Inggris mampu memperkenalkan budayanya di Indonesia
melalui kursus bahasa asing yang diselenggarakan oleh negara yang
bersangkutan.Oleh karena itu, pengajaran bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing
(BIPA) , baik didalam maupun diluar negeri perlu direncanakan atau diprogramkan
secara lebih rinci.
Dalam kaitannya dengan
perdagangan bebas yang pelaksanaannya sudah makin mendesak, kita perlu
menyediakan kursus-kursus BIPA yang tepat guna, untuk memungkinkan
berlangsungnya alih teknologi dengan lebih cepat dan lebih lancar .
Berdasarkan informasi yang
sempat saya baca atau dengar salah satu keluhan yang sangat gencar mengenai
pengajaran bahasa Indonesia dalam sistem pendidikan kita ialah ketidaksesuaian
alat ukur yang berupa ujian akhir nasional dengan materi yang diberikan
disekolah.Hal itupun saya harapkan agar disoroti dengan cermat dalam kongres
ini .
4. Kehidupan
Berbangsa
Seperti yang telah dikemukakan diatas,
dalam era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai, antara lain oleh
derasnya arus informasi mengenai teknologi dan nilai budaya asing masalah
identiias bangsa merupakan salah satu topik yang perlu didiskusikan.Masalah ini
bertambah rumit dengan adanya gejalah mendewakan bahasa asing.Khususnya bahasa
Inggris , dan menomorduakan bahasa nasional atau bahasa negara. Oleh karena itu,
politik bahasa yang kita anut ialah menempatkan bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa asing itu sesuai
dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing.Dalam
hubungan ini, perlu saya tegaskan bahwa tidak pernah ada larangan untuk
menguasai dan menggunakan bahasa asing itu, terutama bahasa Inggris, selama
penggunaannya sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Namun, yang terjadi saat
ini ialah penggunaan bahasa asing yang tidak pada tempatnya atau tidak pada
situasi yang tepat.
Kita tidak
boleh mengesampingkan manfaat bahasa
asing, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.Akan tetapi, perlu diingat bahwa pada saat yang sama, kita harus juga
menanamkan kecintaan, kebanggaan , dan kesetiaan kita terhadap bahasa nasional
dan bahasa daerah masing-masing.Pada sisi lain, bahasa Indonesia sebagai sarana
komunikasi nasional juga perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga kebutuhan
pemakaian terpenuhi.Demikian pula halnya, dengan bahasa daerah yang merupakan
bahasa ibu bagi sebagian terbesar penduduk Indonesia.Hubungan timbal balik
antar ketiga bahasa itu, bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa
asing.Terutama bahasa Inggris, perlu diatur sedemikian rupa sehingga terjadi
keseimbangan dan keharmonisan dalam pengajaran dan pemakaiannya sebagai sarana
komunikasi.Para pakar bahasa dan pengajaran bahasa perlu mendalami masalah
tersebut agar keseimbangan dan keharmonisan itu dapat terwujud, baik pada
tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
Seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya, bahasa Indonesia pun perlu mulai
diperkenalkan diluar negeri dengan lebih terencana dan terarah agar eksistensi
bangsa ini makin mantap.Dalam hubungan ini, mutu pengajaran bahasa daerah,
bahasa Indonesia, dan bahasa asing perlu ditata dengan lebih rapih.
Dalam kaitannya dengan bahasa
daerah, khususnya bahasa ibu, perlu diteliti dengan lebih seksama agar
penetapannya sebagai bahasa pengantar atau mata pelajaran di Sekolah Dasar
memberikan manfaat seprti yang diharapkan.Sebagaimana diketahui, hasil
penelitian UNESCO menunjukkan bahwa pendidikan yang menggunakan bahasa ibu
sebagai bahasa pengantar lebih berhasil jika dibandingkn dengan pendidikan yang
tidak menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar.Sementara itu, hasil
penelitian dalam negeri mengisyaratkan adanya generasi yang tidak menguasai
bahasa ibunya dengan baik.
Program pemberantasan buta
bahasa Indonesia tampaknya sampai saat ini belum berhasil dengan memuaskan dan
penguasaan bahasa Indonesia para lulusan pendidikan menengah keatas sering
dikeluhkan oleh pengguna jasa mereka, termasuk dosen di perguruan tinggi.
Akhir-akhir ini kita sering
dikejutkan oleh adanya gerakan saparatis yang sangat menggangu kestabilan dalam
negeri.Jika kenyataan ini bersumber dari kurang tebalnya rasa kebangsaan,
pendidikan nasional melalui pengajaran bahasa Indonesia mungkin dapat berperan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut.
Dalam kehidupan berbangsa kita
pasti perlu berkomunikasi, baik antarwarga maupun antar warga masyarakat dengan
pemerintah.Kalau kita tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, mungkinkah
kita dapat memenuhi atau melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
peundang-undangan yang berlaku? Apa manfaat media massa baik cetak maupun
elektronik, yang demikian banyak kalau kita tidak mahir berbahasa Indonesia?
Bagaimanakah nasib setiap suatu negara yang asing dengan kehidupan sastra?
Bukankah mutu kesastraan suatu bangsa juga menggambarkan tingkat peradaban
bangsa itu?
Semoga
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang kita semua untuk memikirkan
jawaban yang tepat guna menyusun langkah-langkah yang diperlukan dalam
mengatasi persoalan atau tantangan yang kita hadapi.Terima kasih.
FONOLOGI
A.
Fonologi
dan Bidang Pembahasannya
Bahasa
adalah sistem bunyi ujar sudah didasri oleh para linguis, oleh karena itu, objek
utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi
ujar.
Konsekuensi
logis dari anggapan bahkan keyakinan ini adalah dasar analisis cabang-cabang
linguistik apapun (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, dan
lainnya). Misalnya, fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi
pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan makna kata, dan
leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.
Oleh
fonologi, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari dengan dua sudut pandang yaitu
Pertama,
bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media
bahasa semata, tak ubahnya seperti benda atau zat. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian disebut fonetik
Kedua,
bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai
bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan unsur-unsur bahasa
terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus berfungsi
untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai
bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik.
B.
Kedudukan
Fonologi Dalam Cabang-cabang Linguistik
Sebagai bidang yang berkonsentrasi
dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna
bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, baik
linguistik teoretis maupun terapan. Misalnya morfologi, sintaksis, semantik,
leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa dan psikolinguistik.
Bidang morfolofgi,
yang konsentrasi analissisnya pada tataran struktur internal kata (mulai dari
perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai dengan mosi yang timbul akibat
pembentukan kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi. Contoh: mengapa
morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl],
serta diucapakan [pukulan] setelah mendapatkan proses morfologis dengan
penambahan morfem sufiks {-an}, praktis “minta bantuan” hasil studi fonologi.
Bidang sintaksis, yang
konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat ketika berhadapan dengan kalimat kamu di sini . (kalimat berita), kamu di sin? (kalimat tanya), kamu di sini! (kalimat seru atau
perintah) dari ketiganya mempunyai arti yang berbeda tapi ketiganya
masing-masing terdiri atas tiga kata yang sama.
Bidang semantik, yang
berkonsentasi pada persoalan makna kata pun tidak jarang memanfaatkan hasil
telaah fonologi. Contoh : mengapa kata tahu dan teras kalau diucapakan secara
bervariasi [tahu], [tau], [teras], dan [taras] akan bermakan lain.
Bidang leksikologi, juga
leksokolografi, yang berkonsentrasi pada persoalan perbendaharaan kata suatu
bahasa, baik dalam rangka penyusunan kamus maupun tidak, sering memanfaatkan
hasil kajian fonologi.
Bidang dialektologi, yang
bermaksud memetakan “wilayah” pemakaian dialek atau variasi bahasa tertentu
sering memanfaatkan hasil kajian fonologi, terutama variasi-variasi uacapan
pemakaian bahasa, baik secara sosial maupun geografis.
Bidang pengajaran bahasa, (khususnya
pengajaran bahasa kedua dan pengajaran bahasa asing) yang bertujuan
keterampilan berbahasa lisan harus melatihkan cara-cara pengucapan bunyi-bunyi
bahasa target kepada pembelajar (the learner).
Psikolingusitik, ketika
menganalisis perkembangan penguasaan bunyi-bunyi bahasa pada diri anak juga
memanfatkan hasil kajian fonologi.
C. Manfaat Fonologi Dalam Penyusunan Ejaan
Bahasa
Ejaan adalah peraturan penggambaran
atau pelambangan bunyi-bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar ada dua
unsur, yaitu segmental dan
suprasengmental, maka ejaan pun menggambrkan atau melambangkan kedua unsur bunyi
ujar tersebut.
Pelambaangan unsur
fekmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana melambngkan bunyi-bunyi ujar dalam
bentuk tulisan ataau huruf, tetapi juga bagaimna menuliskan bunyi-bunyi
ujar,dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana memenggal suku teknis
keilmuan, dan sebagainya.pelambangan tekanan, nada, durasi, jeda, dan
intonasi.pelambangan unsur suprasgmental ini di kenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.
Kita tahu bahwa ejaan beratus-ratus
tahun bahkan beribu-ribu tahun setelah bahasa lisan ada.Bahasa lisan tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya tanpa ejaan.Ejaan diciptakan untuk melambangkan
bunyi bahasa, bukan sebaliknya.Jadi,tidaklah ada alasan kuat bahwa bahasa (bahasa lisan,pen) harus mengikuti dan tunduk
pada ejaan (bahasa tulis,pen).
Bahasa
manapun selalu berubah, termasuk
bahasa Indonesia.Satu sistem ejaan sesuai sesuai dengan bahasa yang dilambangkan pada waktu ejaan itu diciptakaan.Oleh karena itu,ejaanlah yang
harus disesuaikan terus-menerus seiring dengan pengembangan atau perubahan
bunyi pada bahasa yang dilambangkan bukan sebaliknya.
Sabtu, 11 Agustus 2012
PENGERTIAN BAHASA, RAGAM BAHASA, DAN FUNGSI BAHASA
Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa, Fungsi Bahasa adalah pemahaman dasar dalam memahami bahasa. Dalam memahami Bahasa Indonesia, kita juga perlu memahami hal-hal tersebut, sehingga pemahaman kita dalam memahami bahasa Indonesia, bisa lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan dengan baik.
Definisi Bahasa; Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Fungsi bahasa dalam masyarakat:
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat mengidentifikasi diri.
Macam dan jenis ragam bahasa:
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3. Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.
4. Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.
Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Bahasa bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak statis. Bahasa-bahasa itu berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya sebagai alat komunikasi utama. Ketika tidak ada lagi masyarakat penutur asli suatu bahasa disebut bahasa mati atau punah, meskipun masih ada sedikit penutur asli yang menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi menjadi penutur bahasa tersebut.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.
Orang indonesia kini boleh jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20. Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan punah.
Karena pengaruh globali sasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap bahasa indonesia itu :
• Tidak gaul.
• Terlalu formal.
Rapuhnya bahasa indonesia disebabkan :
• Tergerus arus globalisasi.
• Kemungkinan banyak oran yang tidak menyukai peraturan bahasa indonesia.
• Tidak adanya relasi masyarakat dengan pemerintah tentang pembudidayaan.
Selain bahasa asing, bahasa daerah juga memberi pengaruh pada perkembangan bahasa indonesia. Karena bahasa indonesia mungkin dianggap terlalu formal untuk dipakai sehair-hari. Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing menyerap kedalam bahasa indonesia. Sebagai bahasa yang terbuka, bahasa indonesia harus luwes menerima unsur bahasa lain.
Bahasa indonesia mengenal dua macam serapan yakni :
• Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia.
• Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.
Rabu, 06 Juni 2012
Semiotik
Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti ’tanda’(Sudjiman dan van Zoest, 1996: vii) atau seme,yang berarti ”penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1999: 4) (dalam Sobur, .2004: 16). Semiotika kemudian didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi.Namun yang terakhir, jika dibandingkan dengan yang pertama, kian jarang dipakai (van Zoest, 1993: 2). Tommy Christomy, 2001: 7) dalam Sobur, 2004: 12) menyebutkan adanya kecenderungan, istilah semiotika lebih populer daripada istilah semiologi sehingga para penganut Saussure pun sering menggunakannya.
Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan, mewakili dan menyajikan.
Preminger (dalam Pradopo, 2003: 119) berpendapat semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkikan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Sementara Pierce (dalam Zoest 1978: 1) mengatakan pengertian semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengunaan tanda.
Dari Pengertian Semiotik di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda, kovensi-konvensi yang ada dalam sastra dan makna yang tekandung di dalamnya.
Sistem Tanda (Semiotik)
Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian ‘tanda’. Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic), semiotik sintatik (semiotic syntactic), dan semiotik semantik (semiotic semantic) (Wikipedia,2007).
Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
Semiotik Semantik (semiotic semantic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan. Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.