22.06 -
No comments
Sulawesi Utara dan Betapa Gurihnya Indonesia di Mata Dunia
Mengapa
kita harus memiliki pengetahuan tentang wawasan nusantara? Karena dari
wawasan nusantara ini kita bisa memahami geostrategi maupun geopolitik.
Soekarno pernah berkata; Orang tidak bisa menyusun pertahanan nasional
yang kuat, orang tidak bisa membangun bangsa yang kuat, kalau tidak
berdasarkan pengetahuan geopolitik.
Terkait
dengan pembangunan infrastruktur, dalam kajian Global Future Institute
(GFI) pimpinan Hendrajit, kita (Indonesia) bisa menyerap inspirasi dari
Rusia terkait dengan Proyek lintas perbatasan yang menghubungkan Timur
dan Barat sebagai upaya membangun dampak positif dan menguntungkan bagi
koneksitas berskala global. Yang mana, pembangunan ekonomi di Siberia,
wilayah Rusia Timur, dijadikan landasan untuk menjadikan Siberia yang
semula merupakan “halaman belakang” menjadi “halaman muka” karena
Siberia merupakan pintu gerbang Rusia ke Asia Pasifik melalui jalur
timur.
Seperti
Rusia, Indonesia harus kembali menatap ke utara. Saatnya memanfaatkan
wilayah utara sebagai pintu gerbang untuk menunjukan superior bangsa ini
di bidang maritim. Saatnya Utara dilihat lagi sebagai “halaman muka”
bukan “halaman Belakang” mengingat letak wilayahnya tepat di bibir
pacific. Manfaatkan bibir pacific agar kita dapat berbicara lebih jauh
dalam pertarungan global di pacific. Mari memandang Indonesia bukan dari
barat ke timur saja, tapi utara ke selatan. Mari membicarakan Indonesia
dari Utara, menatapnya dari atas agar lebih muda mengenalinya.
Utara
Indonesia harus dibaca dengan cermat agar kita tidak menyesal di hari
kemudian. Sulut sebagai provinsi paling utara di Indonesia, yang kini
menjadi rebutan antara AS dan Tiongkok seharusnya menjadi topik paling
hangat untuk kita bahas dalam persiapan peralihan kepemimpinan di Nyiur
Melambai ini. Pasca WOC di Manado oleh AS dan KEK di Bitung oleh
Tiongkok, kini AS kembali memperkuat genggamannya melalui pemanfaatan
Manado sebagai gerbang utama internet Indoensia. Tanpa henti-hentinya
dua Negara adi kuasa ini beradu strategi dalam perebutan pacific dan
pemanfaatn Sulut sebagai perluasan wilayah perang asimetris.
Lihatlah,
betapa gurihnya Indonesia di mata dunia, betapa cantik dan menawannya
Ibu Pertiwi di mata paman Sam dan paman Mao. Jika tidak bisa membaca
arah gerakan dua Negara adi kuasa ini untuk Indonesia, bukan tidak
mungkin, ke depannya kita sebagai bangsa hanya akan jadi bulan-bulanan
Negara asing karena kita tidak bisa berdaulat di darat, laut, maupun
udara. Kita Negara besar, tidak mungkin bisa dihancurkan, sengaja karena
kita hanya dipelihara sebagai masyarakat konsumen yang mengonsumsi
produk Negara penguasa. Di jaga dengan baik sebelum sumber daya alamnya
habis digerus, mungkin setelah selesai barulah kita dimusnahkan.
Demikianlah masa depan kita.
Kembali
ke utara Indonesia, mengapa saya sedikit ego ketika menuntut dan
mendesak harus melihat Indonesia dari utara. Hal ini sudah bisa kita
pahami dengan melihat dan memahami Indonesia dari empat penjuru mata
angin. Mari kita lihat; di barat, Aceh ribut dengan GAM yang ingin lepas
dari Indonesia; di timur, Papua bergejolak dengan OPM yang ingin lepas
dari ibu Pertiwi; di selatan, Timor Leste sudah lepas dari NKRI. Di
utara Indonesia, tidak ada gejolak apa pun. Utara Indonesia selama ini
setia mengawal NKRI. Jangan sampai, sekali lagi jangan sampai ke depanya
karena konflik global di pacific dan pertarungan asing di utara
Indonesia ini akan mengakibatkan konflik social pada tataran masyarakat
dan mengakibatkan adanya sparatis seperti yang terjadi di tiga penjuru
negeri ini. Karena memang demikianlah umumnya nasib Negara yang
wilayahnya menjadi proxy war.
Apakah salah jika nantinya utara Indonesia meminta perlakuan khusus karena hal-hal tersebut di atas?
Mari berpikir..
0 komentar:
Posting Komentar