17.28 -
No comments
MASA DEPAN SULUT DI PASIFIC
Sarundajang
berharap WOC akan menjadi momentum penting penyelamatan ekosistem
global melalui itikad baik setiap negara dan pihak di seluruh belahan
dunia untuk membuka diri membangun komitmen yang akan termuat dalam Manado Ocean Declaration.
WOC pada gilirannya membangun hegemoni Indonesia di bidang diplomasi,
karena berbagai capaian gemilang yang berhasil ditoreh menyangkut masa
depan Global. Umbas (2009:11).
Amerika
Serikat memandang WOC sebagai sebuah arena penting untuk menjawab
persoalan global di bidang laut dan lingkungan. "WOC memberi kesempatan
kepada seluruh dunia untuk bersatu dalam suatu kekhawatiran yang sama
dan saya mendorong anda semua untuk memanfaatkan kesempatan ini
sebaik-baiknya" ujar Hillary (MenLu AS).
Selain
itu, Hillary juga menegaskan tentang keterkaitan sistem kelautan dengan
perubahan iklim global. langkah-langkah internasional menurut Hillary
sangat diperlukan untuk menemukan solusi ilmiah atas berbagai masalah
yang dihadapi.AS memang menjadi negara pendukung CTI, dan meberi
perhatian serius terhadap masalah perlindungan wilayah pesisir dan
kelautan di Indonesia. Umbas (2009:12)
Amerika
memang cukup memberi perhatian pada penyelenggaraan WOC dan CTI Summit.
sebab, sejak ide ini digulirkan negara adidaya ini memberi apresiasi
yang juga terkait dengan berbagai proyek penelitian dan keilmuan mereka
di Indonesa. "ini untuk menunjukan kapasitas kami dalam bidang kebijakan
dan ilmu pengetahuan." kata Richard Spinrad, Asisten Administrator
untuk NOAA (National Oceanic and Atmospheric Research). Umbas (2009:14)
Dari
beberapa kutipan buku SULUT MENDUNIA di atas sangat jelas begitu besar
kepentingan AS didalamnya. Secara geopolitik penempatan hajatan besar
ini di Manado bukanlah tidak memiliki alasan kuat bagi negara sekelas
AS. sekali tepuk dua lalat, mungkin cocok untuk hasil yang diperoleh AS
dari hajatan ini. pertama, kita telah menelan dengan menta dan
memuluskan sekaligus mendukung baik issu perubahan iklim dan pemanasan
global yang digemborkan AS di kawasan Asia Tenggara. kedua, AS merebut
Utara Indonesia sebagai perluasan wilayah kekuasaan untuk kepentingannya
di Pasifik (sengketa wilayah Laut Cina Selatan).
Menyangkut
masalah perubahan iklim dan pemanasan global, Vaclav Klaus dalam
pengantar untuk edisi bahasa Indonesia pada buku "Kebebasan dan Politik
Perubahan Iklim" menyangkan masih ada sejumlah besar politisi dan tokoh
masyarakat yang tidak ragu-ragu dalam mempromosikan doktrin pemanasan
global yang tidak jelas ini dengan dalih "untuk kepentingan orang
banyak" dan 'untuk menyelamatkan dunia". Doktrin ini tidak hanya
mengancam kebebasan individu, tetapi juga merupakan intervensi ekonomi
yang luar biasa besar dalam bentuk peraturan dan subsidi yang tidak
masuk akal. Berkat dorongan politik dan konotasi penyelamatannya, hal
ini telah menjadi bisnis menguntungkan sekaligus instrumen inovasi
politik kaum intelektual sosialis dan kiri dalam perjuangan mereka
menentang kebebasan pasar dan kapitalisme.
Terkait
kepentingan AS di pasifik dan letak strategis Sulut di Bibir Pasifik
yang secara keseluruhan dalam kepentingan RI telah diurai oleh Dr. Sam
Ratulangi dalam bukunya Indonesia in den Pacific. Takdir inilah
yang menyeret Sulut dalam pusaran perebutan kekuasaan negara yang
berkepentingan besar di pasifik seperti AS dan Tiongkok. Dalam pusaran
kepentingan dua negara besar ini, Sulut sudah seharusnya waspada
terhadap skema penggiringan wilayah ini menjadi zona proxi war antara
dua negara ini.
Secara
geopolitik perebutan Sulawesi Utara antara AS dan Tiongkok bukanlah
sesuatu yang terselubung lagi karena Tiongkok juga telah menancapkan
cengkramannya di wilayah ini dengan memanfaatkan kota Bitung dalam
program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Alhasil, dua negara yang
berkepentingan besar di pasifik ini telah menggenggam Sulut; AS di
Manado dengan WOCnya dan Tiongkok dengan KEKnya di Bitung. Hal ini juga
sejalan dengan amatan dan kajian Hendrajit dan M Arief Pranoto, Pengkaji
Geopolitik Global Future Institute dalam tulisan “Takdir Geopolitik Indonesia di Tengah Pertarungan Global AS-Cina di Asia Pasifik” dan “Manado-Bitung Sasaran Proxy War AS-Cina Sejak 1998”
Dengan
tulisan yang masih jauh dari kesempurnaan ini semoga kita bisa
mengambil hal positif sehingga bisa belajar dari apa yang telah terjadi
di Ukraina dan Yaman, dan NYIUR SEMAKIN MELAMBAI DI INDONESIA BAHKAN
DUNIA.
*tulisan ini juga dimuat lebih dahulu di theglobal-review.com dengan judul "Membayangkan Masa Depan Sulut dalam Kiprah Global".
0 komentar:
Posting Komentar